Find Us On Social Media :

Menilik Kesiapan Sejumlah Daerah Memitigasi Bencana Alam di Masa Pandemi Covid-19

By Sheila Respati, Minggu, 28 November 2021 | 08:44 WIB

Dialog

Intisari-Online.com -- Musim hujan di Indonesia kerap disertai dengan potensi terjadinya bencana. Pada masa pandemi, hal ini perlu ditanggapi dengan kewaspadaan ekstra. Pasalnya, kegiatan evakuasi dan pengungsian menjadi lebih menantang. Dua kegiatan tersebut rentan menjadi klaster penularan.

Hal tersebut menjadi topik yang dibahas dalam Dialog Produktif Forum Merdeka Barat 9 “Siaga Bencana ketika Pandemi” yang diselenggarakan KPC PEN, Jumat (26/11/2021).

Pada dialog tersebut, Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab, Bupati Bojonegoro Anna Mu’awannah, serta Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Sumatera Selatan (Sumsel) Ahmad Rizwan, hadir sebagai narasumber.

Dialog membahas peralihan musim dan potensi bencana hingga kesiapan masing-masing daerah dalam memitigasinya.

Terkait peralihan musim, Fachri Radjab menjelaskan bahwa BMKG membagi Indonesia menjadi 342 zona musim. Kini, hampir semuanya telah memasuki periode musim penghujan.

“Masing-masing zona memiliki karakteristik sendiri-sendiri terkait waktu dimulai dan berakhirnya musim penghujan. Saat ini, semua zona sudah masuk (musim hujan) tetapi belum mencapai puncaknya. Diperkirakan puncaknya nanti Januari-Februari 2022,” kata Fachri.  

Baca Juga: Muncul Varian Baru Covid-19 hingga Berbagai Negara Blokir Penerbangan dari Afrika Selatan, Sudah di Negara Mana Saja Kasus Varian B.1.1.529 Ini Ditemukan?

Pada April 2021, lanjutnya, BMKG memperkirakan sejumlah wilayah di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sulawesi mengalami peningkatan curah hujan 20-70 persen akibat fenomena La Nina.

Namun, menurutnya, kewaspadaan terhadap bencana harus dimiliki setiap saat. Pasalnya, bencana hidrometeorologi, yang paling sering dialami Indonesia, memiliki potensi terjadi sepanjang tahun.

“Masuk peralihan musim, potensinya puting beliung, hujan lebat, bahkan hujan es. Pada puncak musim hujan, terjadi banjir, banjir bandang, dan longsor. Sementara musim panas, ada risiko hidrometeorologi kering seperti kekeringan dan kebakaran lahan,” paparnya.

Ia pun setuju bahwa di masa pandemi, langkah-langkah penanganan dampak bencana akan lebih menantang karena perlu dilakukan dengan cermat. Protokol kesehatan harus tetap dijaga dalam setiap tindakan karena rentan menimbulkan kerumunan dan klaster penularan.

Bupati Bojonegoro Anna Mu’awannah yang turut hadir sebagai narasumber dialog menyampaikan bahwa kesiap-siagaan telah dilakukan untuk menghadapi potensi bencana di kabupaten yang dipimpinnya. Meskipun, Kabupaten Bojonegoro mengalami penurunan kejadian bencana sejak 2020.