Penulis
Intisari-Online.com -Angkor Wat dibangun pada abad ke 12 oleh Rawa Suryawarman II dari Kerajaan Khmer.
Candi dibangun di area seluas 200 hektar di kota Angkor, kini wilayah Kamboja.
Awalnya, kuil itu dibangun sebagai penghormatan kepada Dewa Wisnu dalam Agama Hindu.
Tapi, pada abad 14, kuil digunakan oleh penganut agama Budha.
Diketahui, Angkor Wat terbangun dari sekitar 5 - 10 juta batu.
Melansir The Vintage News, ini berartiseluruh kota Angkor menggunakan jumlah batu yang jauh lebih besar daripada semua piramida Mesir yang disatukan.
Bebatuan yang digunakan untuk membangun Angkor Watberasal dari tambang batu diGunung Kulen.
Bongkahan batu berukuran sangat besar, bahkan ada yang mencapai berat 1,5 ton.
Jarak antara lokasi Angkor Wat dan tambang batu cukup jauh.
Arkeolog bertanya-tanya bagaimana bongkahan batu besar bisa dibawa menuju lokasi bangunan dan bagaimana bisa Angkor Wat dibangun dalam waktu singkat.
Sebelumnya, banyak mengira bahwa bongkahan-bongkahan batu tersebut diangkut ke Danau Tonle Sap melalui kanal dan kemudian didayung melawan arus melalui sungai hingga sampai di pelataran candi.
Namun, ternyata cara pengangkutan batu di luar dugaan.
Peneliti menemukan 50 tambang batu di sepanjang tanggul di kaki Gunung Kulen.
Dengan satelit, peneliti juga menemukan ratusan kanal yang menghubungkan lokasi tambang dan Angkor Wat.
Jarak antara lokasi tambang dan Angkor Wat lewat ratusan kanal itu hanya sekitar 37 kilometer.
Sementara, jarak yang ditempuh jika harus melawan arus melewati sungai adalah 90 km.
Jarak yang lebih pendek itu yang memungkinkan proses pembangunan hanya dalam beberapa dekade.
Para ahli seperti Roger Hopkins dan Mark Lehner juga telah melakukan eksperimen untuk menunjukkan upaya yang diperlukan untuk membangunkeseluruhan Angkor Wat.
Salah satu eksperimen yang dilakukannya menunjukkan bahwadibutuhkan 12 pekerja tambang dan sekitar 22 hari kerja untuk mengambil sekitar 400 ton batu.
Belum lagi tenaga kerja yang dibutuhkan mencapai ribuan orang untuk membangun situs suci tersebut.
Keterampilan yang dibutuhkan untuk mengukir relief dikembangkan selama ratusan tahun sebelum karya monumental itu dibangun, sesuatu yang dibuktikan dengan artefak yang ditemukan dan berasal dari abad ketujuh sebelum Kekaisaran Khmer menjadi terkenal.
(*)