Penulis
Intisari-Online.com – Tell-el-Amarna adalah nama Arab dari sebuah wilayah yang terletak di tepi timur Sungai Nil ini.
Kota ini terkenal sebagai wilayah tempat kota Akhetaten (Akhetaton) dibangun pada pertengahan abad ke-14 SM.
Firaun Akhenaten memberi perintah untuk membangun kota ini pada tahun kelima pemerintahannya, yang kemudian menjadi ibu kota Mesir, melayani pemujaan Dewa Aten.
Kota kuno ini terletak antara Thebes dan Memphis, kota-kota paling penting di zaman kuno.
Kota yang dari asalnya merupakan masalah politik dan agama di antara para pengikut Aten dan para penentangnya, yang menyembah Amun.
Maka, ketika firaun Akhenaten mangkat, kota ini hancur dan semua catatan pemujaan terahdap Dewa Aten dihilangkan.
Hanya 15 tahun setelah pembangunannya, kota ini dihancurkan dan dilupakan.
Sisa-sisa kota Akhetaten, yang dibangun oleh Akhenaten dan istrinya Nefertiti, ditemukan di tempat yang sekarang dikenal sebagai Tell el-Amarna.
Kota ini membentang 15 kilometer dari utara ke selatan dan membanggakan dengan kuil dan istana yang indah.
Namun, saat ini tidak lebih dari hamparan tanah yang sepi, namun terbungkus dalam lingkaran romantisme.
Terletak 45 kilometer selatan dari makam Beni Hassan di kota Menia dan masih ada reruntuhan ibu kota kuno.
Di kota ini berisi dua istana kerajaan, yaitu Istana Selatan dan Istana Utara, kuil Aten.
Jelas merupakan periode aktivitas intelektual yang hebat, dengan inovasi besar dan kebebasan luar biasa, tanpa diragukan lagi, ini merupakan momen unik dalam sejarah Mesir Kuno.
Awalnya, selain Firaun dan istrinya Nefertiti, pejabat Akhenaten pindah, seluruh istana pindah ke ibu kota baru dan kemudian dihuni oleh pengrajin, seniman dan keluarga.
Mereka dibiarkan tiba dan menemukan rumah yang mereka pilih dan menciptakan pertumbuhan ekonomi.
Ibu kotanya dirancang dengan tata letak geometris ortogonal, dengan lima belas prasasti besar yang dipahat untuk menandai batas-batasnya.
Sementara, di dalam kota, Akhenaten memerintahkan pembangunan gedung-gedung megah.
Salah satunya adalah Candi Agung Aten, yang dicirikan oleh konstruksinya di udara terbuka (tanpa atap) untuk memungkinkan masuknya sinar matahari.
Tempat itu memiliki dua sektor penting, yaitu ‘Rumah Yubileum’ dengan tiang dan ruang hypostyle 16 kolom, dan ‘Penemuan Aten’ dengan enam halamam terbuka berturut-turut di mana terdapat 365 meja persembahan.
Candi dibangun dalam proporsi memanjang dengan balok batu kecil (talatat) dan bahan terbaik.
Kuil kecil Aten, kuil lain yang didedikasikan untuk Aten, yang mungkin dibangun lebih awal, terletak di sebelah rumah raja dan dekat Istana Kerajaan.
Istana Kerajaan, dibangun untuku Akhenaten, Ratu Nefertiti, dan putri kerajaan.
Salah satunya memiliki jendela penampakan, sebuah teras tempat keluarga kerajaan menunjukkan diri kepada rakyatnya dan sangat penting secara simbolis.
Istana utara dibangun untuk ratu sebagai dunia mini yang terdiri dari taman dan kolam besar, tempat hidup berbagai hewan.
Terdapat gedung-gedung adminstrasi, seperti gedung arsip yang berisi ‘Lambang El-Amarna’ atau ‘Surat Amarna’ (korespondensi kerajaan).
Denah rumah para bangsawan berbentuk persegi panjang dan membentang di tengah kota, melansir historicaleve.
Hypogea (makam yang diukir di batu), terletak di utara dan selatan kota.
Di tempat ini Anda bisa melihat pemandangan dari kehidupan sehari-hari kota kuno, seperti penampilan publik dari pasangan kerajaan.
Kota ini juga dibangun untuk mementaskan perubahan pemujaan yang sekarang akan berfokus pada Aten.
Sejak saat itu, Akhenaten menjadi perantara antara dewa dan manusia.
Kemudian terjadi hubungan tegang antara pengikut Akhenaten dan para pengkritiknya, termasuk para pendeta Amun yang berpengaruh.
Setelah kematian Akhenaten, ingatannya dianiaya dan namanya, dan nama dewa Aten, dihapus dari makam, kuil, dan patung, seperti yang dilakukan firaun kuno dengan Amun di tahun-tahun terakhirnya.
Ketika pemimpin militer Horemheb naik sebagai firaun, penghancuran sistematis kota terjadi, mengambil keuntungan dari reruntuhannya, dan apa yang disebut talatat, untuk membangun bangunan lain.
Lima belas tahun setelah pembangunannya, kota itu ditinggalkan.
Menjelang tahun ketiga pemerintahan Tutankhaten (Tut-ankh-Aten) yang kemudian disebut Tutankhamun (Tut-ankh-Amun), mengembalikan istana dan administrasi ke Thebes.
Peninggalan arkeologis ini telah menunjukkan pentingnya lokasi ini dan menunjukkan kepada kita sedikit banyak tentang kehidupan, adat istiadat, dan sejarah peradaban Mesir.
Maka, ada baiknya bila Anda merencanakan perjalanan ke Mesir, pertimbangkan untuk mengunjungi ibu kota kuno Kekaisaran Mesir.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari