"Tapi kami bahkan tidak sempat berdoa karena tentara Indonesia datang dan hanya menembak."
"Mereka menembak kami seperti binatang."
Dalam peristiwa itu, ratusan orang terbunuh dan mereka yang selamat terpaksa bersembunyi.
"Dari tahun 1975 hingga 1991, sebelum pembantaian, kami berjuang untuk kemerdekaan tetapi tidak ada yang tahu apa yang terjadi."
"Banyak orang meninggal hari itu, tapi itu juga salah satu hari yang sangat penting bagi kebebasan kita."
Sekarang, Coelho tinggal di Darwin bersama keluarganya dan beberapa orang yang selamat dari pembantaian di Timor Leste pada 12 November 1991.
Ini semua karena banyak orang Timor Leste yang telah menjadikan Darwin sebagai rumah karena kedekatannya dengan Timor Leste.
"Hanya penerbangan satu jam," kata Coelho.
Walau sudah tinggal di Darwin, Coelho mengatakan dia khawatir banyak warga Timor Leste, terutama kaum muda yang masih menderita.
"Saya ingin kehidupan yang lebih baik untuk negara saya dan rakyat saya," katanya.
“Kalau setelah kemerdekaan rakyat masih menderita, saya kira tidak masuk akal."
"Kami tidak melupakan masa lalu dan bisa berbuat lebih baik untuk masa kini dan masa depan."