Penulis
Intisari-Online.com - Timor Leste dikenal sebagai salah satu negara miskin di dunia.
StatusTimor Leste sebagai salah satu negara miskin di dunia didapat tidak lama setelah mereka memutuskan berpisah dengan Indonesia.
Kehidupan di sana pun begitu menyedihkan.
Misal di provinsi Oecusse Timor Leste, sekelompok anak-anak mencuci di sungai di bawah jembatan jutaan dolar, belum dibuka.
Di jalan yang baru diaspal menuju proyek irigasi senilai 9 juta Dollar AS lebih, seorang gadis muda mengangkut seember air dari sumur.
Di seberang jalan dari lokasi pembangunan hotel bintang tiga, sebuah keluarga muda tinggal di sebuah gubuk kecil tempat mereka mengoperasikan toko.
Mereka termasuk di antara 70.000 orang yang tinggal di komunitas Timor Leste ini, daerah pesisir terpencil yang dikelilingi oleh Timor Barat, Indonesia, tempat orang Portugis mendarat lebih dari 500 tahun yang lalu.
Sejak berpisah dengan Indonesia, pemerintah Timor Leste melakukan beberapa proyek infrastruktur Timor Leste dengan skala yang menakjubkan.
Diharapkan proyek ituakan membawa keberlanjutan ekonomi sebelum cadangan minyak dan gasnya mengering.
Masalah tujuan itu akan susah dicapai.
Dilansir dari theguardian.com pada Senin (1/11/2021), anggaran tahunan Timor Leste mencapai1,3 miliar Dollar AS sampai 1,4 miliar Dollar AS.
Dan lebih dari 90% berasal daridana perminyakan.
Bahkan lebih dari 16.2 miliar Dollar AScadangan kekayaan negara diambil dari ladang minyak dan gas Bayu-Undan.
Sayangnya, ladang minyak dan gas itu diduga akan berhenti berproduksi dalam beberapa tahun ke depan.
Perselisihan kepemilikan dengan Australia atas cadangan lebih lanjut di Laut Timor sedang dalam arbitrase di Den Haag.
Karena kekurangan dana, maka pemerintah mengatakan akan membuat undang-undang yang ketat seputar penggunaan dana perminyakan.
Tujuannya untuk memastikan stabilitasnya.
Walau begitu, nyatanya pemerintah Timor Leste jor-joran menggunakan anggaran dana untuk beberapa proyek yang tersebar di seluruh negara,
Misalnyahampir 500 juta Dollar AS dana publik telah dicurahkan ke jembatan Oecusse, bendungan irigasi, pelabuhan dan apa yang akan menjadi bandara internasional terbesar di Timor Leste.
Hal itu membuat para ahli bertanya 'apakah itu cara yang berani untuk mengatasi krisis ekonomi ataumalah sembrono?'.
“Tidak ada pembangunan di seluruh dunia yang tanpa risiko,” kata mantan perdana menteri dan sekarang kepala proyek Oecusse, Mari Alkatiri.
"Saya percaya bahwa jika Anda tidak mengambil risiko, Anda tidak akan pernah mendapatkan apa-apa."
Tetapi para pengamat khawatir.
Bahkan kelompok-kelompok pengawas telah mengkritik kurangnya transparansi dan akuntabilitas terkait proyek-proyek itu.
Mereka mengatakan tidak ada analisis biaya-manfaat atau risiko publik, dan tidak ada investasi swasta yang signifikan untuk meningkatkan dana publik.
Belum lagi banyak proyek yang berhenti di tengah jalan karena hasilnya tidak memuaskan.
Keadaan Timor Leste juga membuat PPB khawatir.
Sebab,Timor Leste adalah negara kedua yang paling bergantung pada minyak di dunia, tetapi cadangannya saat ini akan habis terlebih dahulu.
Oleh karenanya, alih-alih membuat banyak proyek, akan lebih baik mencoba mencari cadangan dana lainnya
Jangan sampai Timor Leste kembali menghadapi bencana kelaparan dan masalah ekonomi seperti sebelumnya.