Penulis
Intisari-Online.com - Ada berbagai kisah uni mengenai firaun Mesir kuno.
Tentang kehidupannya, pemerintahannya, hingga akhir hidupnya.
Salah satunya kisah Menes, raja pertama legendaris yang menyatukan Mesir bersatu atau firaun Mesir kuno pertama.
Dibanding raja Mesir lainnya, banyak orang yang memuji Menes.
Inikarena dia berhasil menyatukanMesir melalui perang, tindakan yang mengalihkan aliran Sungai Nil di Mesir Hilir dan mendirikan Memphis—ibu kota Mesir kuno selama Kerajaan Lama—di tanah reklamasi.
Dilansir dari britannica.com pada Jumat (19/11/2021), Manetho menyebut Menes seorang Thinite, yakni, penduduk asli nama (provinsi) Thinis di Mesir Hulu.
Menurut Manetho, Menes memerintah selama 62 tahun dan dibunuh oleh kuda nil.
Kuda Nil di Mesir Kuno
Dilansir dari metmuseum.org pada Jumat (19/11/2021), orang Mesir kuno memiliki hubungan ambivalen dengan kuda nil.
Meskipun hewan diberkahi denganhal positif, mereka juga ditakuti sebagai hewan yang berbahaya.
Kuda nil memang hewan yang tak terduga dan kuat saat merasa terancam.
Hingga hari ini, kuda nil membunuh lebih banyak orang di Afrika daripada hewan besar lainnya.
Seekor kuda nil dapat berlari lebih cepat dari manusia dalam jarak pendek, dan mereka sering menjungkirbalikkan perahu dan menganiaya penumpang.
Orang Mesir kuno sering diserang oleh kuda nil. Tetapi ada juga orang-orangyang selamat walau digigit kuda nil.
Kuda nil adalah herbivora dan biasanya makan rumput pada malam hari.
Namun karena memilikinafsu makan yang sangat besar, mereka kadangdapat memusnahkan ladang petani.
Akan tetapi kini kuda nil sudah punah di Mesir.
Pada zaman Mesir kuno, populasi kuda nil sudah sangat menderita.
Ini karena ekspansi manusia membatasi habitat mereka dan mereka mulai diburu.
Penurunan jumlah mereka berlanjut sepanjang sejarah sampai kuda nil liar terakhir diamati di Mesir pada awal abad ke-19.
Orang Mesir kuno berburu kuda nil karena berbagai alasan.
Selain daging, kulit, dan lemaknya, orang Mesir menggunakan gigi kuda nil, terutama taring gadingnya yang panjangnya bisa mencapai satu setengah kaki.
Perburuan kuda nil digambarkan dimulai pada Periode Pradinastik 4400–3100 SM) dan terjadi selama lebih dari 3.000 tahun.
Dalam masyarakat Mesir kuno, tindakan berburu dan membunuh hewan berbahaya seperti ini merupakan tanda keberanian, kekuatan, dan kekuasaan.
Itu adalah semua karakteristik yang diharapkan dari seorang pemimpin.
Maka tidak mengherankan sekitar 3000 SM, raja Mesir kuno berburu kuda nil.
Karena kuda nil juga melambangkan kekacauan, adegan-adegan ini memiliki nilai simbolis yang penting.
Citra raja yang berhasil berburu dan membunuh hewan itu mengungkapkan kemenangan atas kekacauan dan kemampuannya menjaga ketertiban dunia, yang merupakan tugas penguasa Mesir.
Di Kerajaan Baru, kuda nil terhubung dengan dewa Seth, dan di kemudian dipandang sebagai karakter jahat.
Tetapi orang Mesir kuno juga mengakui kuda nil sebagai makhluk positif.
Kuda nil tinggal di Sungai Nil, sumber kehidupan, jadi mereka juga diasosiasikan dengan kehidupan.