Mayor Jenderal Robert Mansergh yang menggantikan Mallaby, pada 9 November 1945 mengluarkan ultimatum melalui selebaran udara kepada rakyat Surabaya.
Dalam selebaran itu tertulis bahwa mereka menuntut agar rakyat Surabaya menyerahkan semua senjata yang dipegang kepada tentara Sekutu sebelum pukul 06.00 pagi keesokan paginya, tanggal 10 November 1945.
Pihak Indonesia juga harus mengangkat kedua belah tangan di atas kepala sebagai pengakuan menyerah kepada pihak Sekutu.
Tentu saja, rakyat Surabaya menolak mentah-mentah ultimatum tersebut.
Akibat penolakan itu, tentara Sekutu marah, dan pecahlah pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945, yang dimulai sejak pukul 06.00.
Pasukan Inggris memulai melancarkan serangan kepada pemuda Surabaya.
Bung Tomo, hadir di tengah-tengah rakyat Surabaya yang melakukan pertempuran, menggelorakan semangat juang mereka.
Bung Tomo memberikan semangat agar rakyat Surabaya berjuang sampai titik darah penghabisan demi kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.
Pusat kota Surabaya yang menjadi pusat berlangsungnya pertempuran menjadi kacau tak karuan.