Penulis
Intisari - Online.com -Ketika presiden China Xi Jinping menyapa Gedung Putih Senin malam untuk pertemuan virtual dengan Presiden Joe Biden, keduanya tidak perlu perkenalan.
"Kami telah menghabiskan banyak waktu berbicara dengan satu sama lain, dan kuharap kami bisa memiliki pembicaraan bagus juga malam ini," ujar Biden dikutip dari CNN.
Xi Jinping juga memberi sinyal ia senang bertemu dengan Biden.
"Walaupun tidak sebaik pertemuan tatap muka," ujar Xi saat pertemuan terlaksana, "Saya sangat senang melihat teman lama saya."
Pembicaraan ini menjadi permulaan dari sebagian dari pembicaraan paling kritis dalam masa kepresidenan Biden, mengingat hubungan yang rusak antara Washington dan Beijing dan kenyataan yang diakui oleh pejabat administrasi, jika menangani hubungan AS dengan China akan berdampak pada objek internasional paling kritis Biden.
Namun pertemuan itu tidak sarat dari upaya mencari keuntungan.
Hal ini terlihat dari upaya Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, yang membahas ekonomi dua negara.
Yellen yakin jika memotong tarif AS atas impor-impor China dapat mengurangi inflasi, yang saat ini menjadi sumber masalah utama pemerintah AS.
Oktober kemarin AS mengimpor barang-barang China dengan bunga tahunan sebesar USD 600 miliar, meningkat 60% dari tingkat pra-Covid-19 Oktober 2018 lalu.
Aneh untuk berbicara mengenai Perang Dingin antara AS dan China ketika ekonomi industri AS secara besar-besaran bergantung pada impor China, seperti mengutip Asia Times.
Perdagangan antara kedua negara sangatlah intens sampai berdampak pada tingkat harga AS.
Yellen mengatakan kepada Reuters pada 31 Oktober: "perwakilan perdagangan kami telah mengatakan jika kami akan mempertimbangkan pengurangan tarif tambahan. Kami ingin melihat China berkomitmen atas janji mereka di bawah Fase 1, tapi menstabilkan atau mungkin menurunkan beberapa tarif lewat cara resiprokal dapat menjadi hasil yang diinginkan."
Media pemerintah China, Global Times, membuat headline pertemuan Selasa pagi itu dengan: "Xi, Biden memulai pertemuan virtual di tengah retorika melunak AS terkait penghapusan tarif yang mungkin terjadi."
Global Times mencatat jika "pejabat ekonomi senior dari kedua belah pihak juga menghadiri, menyebut jika perdagangan dan topik ekonomi kemungkinan akan dibahas dalam pertemuan lebih intens.
Wakil Perdana Menteri China Liu He, juga kepala pihak China dalam dialog ekonomi komprehensif China-As, adalah salah satu yang hadir dalam pertemuan tersebut… di pihak AS, Menkeu AS Janet Yellen adalah salah satu pejabat yang menghadiri pertemuan itu, menurut foto yang beredar di internet."
Global Times mencatat "retorika diperhalus dari Washington atas kemungkinan penghapusan tarif beberapa barang-barang China dan masalah inflasi meroket di AS yang menyebabkan konsumen dan pebisnis menangis."
Baca Juga: Siap Hancurkan Pakistan dan China Jika Berani Macam-macam, India Mulai Pasok Rudal S-400 Rusia
Media itu mengutip pandangan pakar China jika "harga stabil di ekspor China dapat kritis bagi AS untuk mempertahankan tingkat inflasinya di tingkat tertentu.
"Analis mengatakan jika hal ini bisa menjadi salah satu alasan kunci mengapa Washington telah mengirim sinyal positif untuk menciptakan atmosfer yang baik untuk pertemuan ini."
Selama 20 tahun terakhir, harga yang turun untuk ekspor China ke AS menekan inflasi pada barang-barang tahan lama.
Titik balik tren ini di akhir 2020 berkontribusi pada loncatan inflasi barang tahan lama di AS.
Bertahun-tahun lamanya, AS mengeluh China mempertahankan mata uangnya terlalu murah, semakin baik untuk menjual barang ke AS.
Kini masalahnya bukan karena barang China terlalu murah; AS kini ketagihan mengimpor dari China dan kekurangan kapasitas produksi untuk menggantikannya.
Hal ini memberi peluang bagi China untuk memberi tawaran kepada pemerintahan Biden, yang kesulitan menghadapi amukan warga terkait inflasi.
Salah satu kemungkinan perjanjian yang Beijing dan Washington mungkin pertimbangkan akan melibatkan kemunduran tarif AS dan komitmen dari China adalah kebijakan moneter de fakto untuk mendukung dolar.
Washington juga memerlukan China mendaur ulang surplus perdagangan besar mereka ke dalam aset AS.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini