Lalu baru menjabat sebagai mahapatih secara resmi di bawah pimpinan Ratu Tribhuwanatunggadewi.
Saat menjadi mahapatih, ia mengucapkan sumpah terkenal yang dikenal dengan sumpah Palapa, yang berbunyi:
"Lamun huwus kalah nusantara, ingsun amukti palapa. Lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjung Pura, rung Haru, ring Pahang, Dompo, ring Baki, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa."
"Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa (kesenangan), sebelum menaklukkan pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasin, aku takkan mencicipi palapa."
Awalnya banyak yang meremehkan Gajah Mada, namun dia membuktikan sumpahnya selama 21 tahun antara 1336-1357, dirinya melakukan misi ke nusantara dan berhasil menguasai 30 wilayah.
Wilayah ini antara lain, Bedahulu (Bali) Lombok, Palembang, Sriwijaya, Tamiang, Samudera Pasai, Pulau Bintan, Tumasik (Singapura), Semenanjung Malaya, Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga, Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kandangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludug, Solok, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalong, Tanjungkutai, dan Malinau.
Seluruh wilayah itu diayomi dengan semboyan Bhineka Tinggal Ika, tan hana dharma mangrwa, dan Mitreka Satata, yang artinya, meski berbeda-beda tetapi tetap satu, sebab tidak ada dharma (kewajiban) yang berbeda.