Berdasarkan hasil temuan, Immanuel mengungkapkan, PT GSI sejak 2000 hingga 2021 sudah 7 kali melakukan perubahan akta.
“Dari mana tidak mencari keuntungannya (GSI), kita sudah menemukan data dari tahun 2000 sampai 2021, GSI itu sudah 7 kali perubahan akta,” ucap Immnuel.
“Artinya mereka coba menyamarkan bisnis mereka di dalam PCR ini, artinya republik ini seperti republik gangster lah yang membuat kita malu.”
Immanuel mengatakan bahwa dalam negara demokrasi seharusnya good governance melakukan transparansi dengan mengungkap berapa angka sesungguhnya tes PCR.
Baca Juga: Coba Sekarang! Ini 8 Cara Ampuh Mengusir Tikus, Kecoak, Lalat dan Semut dari Dapur di Rumah Anda
“Ini harga PCR sebetulnya berapa? Ini kan tidak diungkap,” katanya.
"Dan kita menemukan terakhir kemarin, harga antigen itu cuma Rp18.000 per stik kok mereka naikin Rp100 ribu, kan kurang ajar mengambil bisnis di tengah penderitaan rakyat ini.”
Immanuel menambahkan, jika pesta di balik mahalnya harga tes PCR dan antigen tidak dihentikan, maka akan sangat berbahaya bagi pemerintahan Jokowi.
“Ini pemeras semua, pemeras. Karena PCR ini lucu dari Rp2 juta, Rp1 juta, kemudian Rp450 Ribu, Rp275, ini kan dilelang harganya, kurang ajar,” katanya.
(*)