Find Us On Social Media :

Disebut 'Putra Berharga' oleh Mantan Presiden Timor Leste, Max Stahl Berjasa Besar dengan Bongkar Kejahatan Ini dengan Mengubur Rekamannya

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 5 November 2021 | 19:37 WIB

Max Stahl

Pembatalan tersebut memantik kekecewaan dari mahasiswa pro-kemerdekaan dan membuat situasi memanas, sehingga menewaskan dua orang aktivis, yaitu Afonso dan Sebastio Gomes.

Harian Kompas, 28 November 1991 memberitakan, seusai misa untuk memperingati kematian Gomes di Gereja Motael yang dihadiri sekitar 1.500 orang, sebagian jemaat meloncat pagar, menggelar spanduk anti-integrasi serta meneriakkan yel-yel yang menghina ABRI dan pemerintah.

Sementara itu, di kuburan St Cruz sekitar 2 ribu massa telah berkumpul.

Untuk mencegah bergabungnya massa yang datang dari Gereja Motael dan massa di kuburan St Cruz, dikerahkan dua peleton dari Yonif 303 dan satu peleton dari Yonif 744, serta satu peleton Brimob anti huru-hara.

Namun kemudian terjadi proses penggabungan massa.

Baca Juga: Kuasai Kilang Minyak dan Helium di Timor Leste, Australia Lakukan Berbagai Penipuan, Sementara Indonesia Tak Sadar Potensi 'Harta Karun' Ini

Sebagian dari massa yang ada di kuburan bergerak ke luar, bergabung dengan massa yang berada di luar serta melakukan gerakan agresif dan menyerang aparat.

Pada saat itu, terdengar letusan tembakan dari arah kuburan dan suara teriakan "serbu, rebut senjata."

Satuan pengamanan melepaskan tembakan peringatan ke atas, tetapi massa tidak memperdulikan tembakan peringatan tersebut, malahan menjadi lebih beringas.

Massa terus mendesak dengan senjata tajam di tangannya, dan melemparkan sebuah granat ke arah satuan pengamanan.

Baca Juga: Barlarke, Mahar Pernikahan dalam Tradisi Timor Leste, Besarnya Bisa Capai Ratusan Kali Lipat Upah Minimum Orang Timor Leste

Melihat adanya lemparan granat dan massa masih tetap menyerbu, maka prajurit terdepan sebagai prajurit profesional, secara otomatis melepaskan tembakan terarah sebagai upaya untuk membela diri.

Akibatnya, 19 orang tewas dan 91 orang lainnya luka-luka akibat terkena tembakan pasukan, terjatuh, dan terinjak-injak massa.

Sekitar 200 orang pemuda yang lari dari St Cruz berusaha meminta perlindungan di kediaman uskup.

Meski menolak, masih ada sekitar 80 orang yang berhasil masuk.

Baca Juga: Pernah Dihancurkan dan Kini Dilestarikan Kembali, Inilah Uma Lulik, Rumah Tradisional Timor Leste, 'Penghubung Orang Mati dan Orang Hidup'

Karenanya, uskup pun terpaksa mengantar sendiri ke rumah masing-masing selama dua jam dengan sebelas trip kendaraan.

Panglima ABRI Jenderal TNI Try Sutrisno saat itu menegaskan, ABRI terpaksa melepaskan tembakan terhadap massa dalam insiden di Dili, Timor Leste 12 November, sebagai upaya membela diri.

(*)