Find Us On Social Media :

Dijuluki Penghasil Polusi Terbesar Dunia dari Batu Bara, Ternyata Indonesia Bisa Hentikan Produksi Batu Bara Meski Jadi Pasokan Utama Pembangkit Listrik, Tapi Ini Syaratnya

By Tatik Ariyani, Kamis, 4 November 2021 | 15:38 WIB

Menteri keuangan, Sri Mulyani

Intisari-Online.com - COP26 atau Conference of Parties ke-26 merupakan konferensi tahunan yang membahas sikap global pada isu-isu perubahan iklim.

Tahun ini, konferensi digelar di Glasglow, Skotlandia yang dihadiri kepala-kepala negara termasuk Amerika Serikat, Indonesia, Prancis dan lainnya.

Indonesia pun membahas mengenai penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara yang menghasilkan emisi karbon.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan kepada Reuters, Indonesia dapat menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap pada tahun 2040 jika mendapat bantuan keuangan yang cukup dari masyarakat internasional.

Baca Juga: Indonesia Pernah Disebut Jadi Biang Keladi yang Ciptakan Kerusakan Bumi di Masa Depan, Siapa Sangka Hal ini Justru Jadi Satu-satunya Penyelamat Singapura di Tengah Krisis Energi

Indonesia merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar kedelapan, dengan batu bara membentuk sekitar 65% dari bauran energinya.

Indonesia juga merupakan pengekspor batu bara terbesar di dunia.

Melansir Reuters, Rabu (3/11/2021), mengunjungi kota Glasgow di Skotlandia untuk konferensi COP26, Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia akan mengumumkan pada hari Rabu rencana terperinci untuk beralih ke energi yang lebih bersih, dengan penghapusan batubara menjadi isu utama.

Sebelumnya, Indonesia berencana untuk menghentikan penggunaan batu bara untuk listrik pada tahun 2056, sebagai bagian dari rencana untuk mencapai emisi nol karbon bersih pada tahun 2060 atau lebih awal.

Baca Juga: ‘Dalam Diam, Penyelamat Ingin Mendengarkan Suara Sekecil Apa pun’, Tragedi Memilukan Aberfan, Ketika Jutaan Meter Kubik Limbah Tambang Batu Bara Bergemuruh Turuni Lereng Bukit

“Kalau kita mau maju sampai 2040, maka kita perlu dana untuk pensiunkan batu bara lebih awal dan untuk membangun kapasitas baru energi terbarukan,” kata Sri Mulyani.

"Itulah yang sekarang menjadi inti isu dan saya sekarang sebagai menteri keuangan menghitung apa artinya pensiun batu bara lebih awal. Berapa biaya kita?" katanya.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pekan lalu mengatakan kepada parlemen Inggris bahwa Presiden Joko Widodo telah mengatakan Indonesia akan memajukan penghapusan penggunaan batu bara hingga 2040.

Indonesia sebelumnya belum mengkonfirmasi rencana tersebut.

Sri Mulyani mengatakan kepada Reuters bahwa memenuhi target tersebut tergantung pada mendapatkan bantuan keuangan dari lembaga multilateral, sektor swasta dan negara-negara maju.

Dia mengatakan rencana yang akan diumumkan pada hari Rabu memindahkan target iklim Indonesia di luar "retorika" ke dalam rincian teknis dan bahwa Asian Development Bank (ADB) dan lembaga keuangan lainnya "sangat bersemangat" dengan ide-ide mereka.

ADB memimpin sekelompok lembaga keuangan untuk menyusun rencana untuk mempercepat penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara di Asia, termasuk di Indonesia, dengan membeli aset dan menghentikannya.

Baca Juga: Jadi Lokasi Kecelakaan Artis Vanessa Angel dan Bibi Ardiansyah Hingga Meregang Nyawa, Terkuak Rentetan Kecelakaan yang Tak Kalah Tragis Ternyata Sering Terjadi di Tol Nganjuk

Jakarta telah mengidentifikasi 5,5 gigawatt pembangkit listrik tenaga batu bara yang dapat dipensiunkan lebih awal dalam 8 tahun ke depan, diperkirakan akan menelan biaya $25 miliar hingga $30 miliar.

Sri Mulyani mengatakan Indonesia juga akan membutuhkan dukungan internasional untuk memastikan listrik tetap terjangkau ketika beralih ke sumber terbarukan, mengutip perhitungan sementara kebutuhan $ 10 miliar hingga $ 23 miliar dalam "subsidi implisit" untuk proyek pembangkit listrik terbarukan hingga 2030.

"Jika ini semua harus dibiayai dari uang pembayar pajak saya, itu tidak akan berhasil. Dunia bertanya kepada kita, jadi sekarang pertanyaannya adalah apa yang bisa dilakukan dunia untuk membantu Indonesia."

"Presiden selalu mengatakan, 'Saya akan ambisius jika (masyarakat) internasional juga sejalan dengan ambisi ini'," tambahnya.