Hampir Tak Punya 'Aji' di Hadapan Pemerintah Jepang, Yakuza yang Kini Bisa Terancam Hukuman Mati Nyatanya Masih Bisa Berkembang Luas, Inilah Fakta tentang Yakuza yang Tidak Anda Tahu

May N

Penulis

Sampul depan koran Tokyo Shimbun edisi 30 Agustus 2020 menunjukkan kepuasan eks-Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe terhadap pemberangusan Yakuza di Jepang

Intisari - Online.com -Agustus lalu, sindikat kejahatan terkenal Jepang, Kudo-kai, menggemparkan dunia.

Hal ini karena pemimpinnya, Satoru Nomura yang berumur 74 tahun, dihukum hukuman mati.

Ia menjadi bos yakuza aktif pertama yang menerima hukuman mati.

Diturunkan dari pengadilan distrik Fukuoka, hukuman tersebut adalah hukuman untuk keterlibatannya dalam sebuah pembunuhan dan tiga pelanggaran kekerasan lainnya.

Baca Juga: Perang Antar Mafia Terjadi Berlarut-larut, Kini Mayat Eksekutif Yakuza Jepang Ditemukan di Pinggir Rel Kereta Api dengan Kejanggalan Ini

Walaupun bukti yang mengarah langsung kepada Nomura terhitung kurang, pengadilan menyimpulkan jika Nomura, sebagai kepala yakuza yang terkenal karena kebrutalannya, memiliki tanggung jawab dalam pembunuhan yang dilakukan oleh bawahan-bawahannya demikian pula dengan tiga insiden lain.

Kebanyakan pakar media dan pakar yakuza tidak percaya jika Nomura akan dihukum gantung, yakin jika akan ada keraguan yang cukup mengenai siapa yang memerintahkan pembunuhan tersebut.

Mereka juga menyebut alasan jika Nomura tidak sesuai dengan kriteria yang diperlukan untuk hukuman yang dijatuhkan pada sidang Norio Nagayama.

Norio Nagayama sendiri adalah seorang pemuda kurang beruntung yang melakukan 4 pembunuhan dan pencurian pada 1969 sebagai anak berusia 19 tahun, dan akhirnya digantung pada 1997.

Baca Juga: 'Saya Meminta Keputusan yang Adil', Bos Yakuza Dihukum Mati Meski Kurang Bukti Bersalah

Panduan ini melibatkan faktor-faktor seperti tingkat kekejaman, motif, jumlah korban dan tingkat penyesalan.

Pada kasus Nomura, pakar terbukti salah.

Mengutip Asia Times, beberapa pengamat membandingkan peran hakim terhadap kasus sipil terbaru yaitu 'tanggung jawab pemberi kerja' kepada pemimpin geng top sebagai bagian dari dorongan Jepang untuk melemahkan pengaruh sindikat kejahatan.

Pendekatan hukum ini mirip dengan hukum RICO (racketeer-influenced and corrupt organizations) di AS, seperti yang pernah disebutkan dalam salah satu film Batman, yaitu The Dark Knight, kala bos-bos mafia kota Gotham dihukum oleh Harvey Dent karena kejahatan bawahan dan kelompok mafia mereka.

Baca Juga: Kisah Lengkap Penculikan Junko Furuta, Selalu Disiksa dan Dirudapaksa hingga Dibunuh dan Jasadnya Dibeton oleh Para Penculik

Mirip dengan itu, Jepang kini menggunakan hukum serupa untuk menghukum para bos yakuza atas kejahatan yang dilakukan bawahan mereka.

Prinsip yang sama juga terjadi pada 2004 ketika pemimpin kultus hari kiamat, Aum Shinrikyo, Chizuo Matsumoto, mendapatkan hukuman mati karena pengakuan pengikutnya.

Mereka mengatakan ia telah menginstruksikan mereka untuk melepaskan gas sarin yang beracun di sistem jaringan bawah tanah Tokyo pada serangan 1995 yang membunuh 14 orang, dan juga terlibat dalam pembunuhan lain bertahun-tahun berikutnya.

Sekelompok akademik yang hadir dalam acara TV nasional, NHK, berjudul Close Up Gendai, awal Oktober lalu, berargumen jika hukuman bos yakuza Agustus lalu tidak adil dan mengkhawatirkan karena hukuman kematian seperti ini bisa dipakai lagi untuk mengeksekusi pemimpin organisasi kriminal lainnya.

Baca Juga: Beginilah Kisah Lengkap Penculikan Junko Furuta, 'Si Gadis Cantik' yang Disiksa dan Dirudapaksa Antek Yakuza hingga Dibunuh dan Jasadnya Dibeton

Maksud mereka mungkin adalah kelompok teroris sayap kiri, termasuk kelompok komunis di Jepang, yang selama ini sudah dipenjara dan berhasil menghindari hukuman mati.

Fusako Shigenobu, anggota Tentara Merah Jepang (JRA), adalah salah satu yang diyakini orang-orang jika seharusnya ia menerima hukuman mati.

Pada tahun 1974, tiga anggota JRA melakukan serangan pada kantor Kedubes Perancis di Den Haag dan pada 1975 grup lainnya melancarkan serangan Pembantaian Massal Lod Airport di Israel, di mana 26 orang terbunuh.

Geng yakuza Kudo-kai berlokasi di kota Kita Kyushu, di pulau terbesar ketiga di Jepang, di mana mereka membangun dan mempertahankan kantor mirip benteng yang dilindungi tembok-tembok tinggi, kawat berduri dan kamera keamanan tingkat tinggi.

Baca Juga: Ini Kisah Lengkap Junko Furuta, 'Si Gadis Cantik' yang Disiksa dan Dirudapaksa Antek Yakuza hingga Dibunuh dan Jasadnya Dibeton

Kompleks ini berhasil dibedah strukturnya oleh otoritas pada tahun 2019.

Pada hari-hari sebelum perang, geng telah digambarkan oleh Badan Polisi Nasional sebagai "organisasi yang sangat kejam."

Geng ini berbeda dengan kelompok yakuza yang lain karena kemauan mereka menyerang pemilik usaha sipil, baik usaha kecil maupun besar, yang menolak membayar denda mikajime.

Mikajime adalah uang perlindungan, yang artinya pemilik bisnis membayar uang perlindungan kepada kelompok yakuza tersebut.

Baca Juga: Hidup Gadis Cantik Junko Furuta Berakhir Tragis: Diculik, Disiksa hingga Dibunuh Secara Kejam

Pada sebuah kasus geng meledakkan granat tangan di klub malam milik pemimpin kelompok anti-yakuza yang memiliki kenekatan memasang tanda "tidak boleh ada gangster" di tempat mereka.

"Kudo-kai terkenal karena menggunakan granat tangan, senjata kimia (racun tikus), pistol dan senapan, di antara hal-hal lainnya," ujar otoritas dunia bawah tanah Jepang Hiroki Allen.

"Mereka cukup berbahaya."

Kini pertanyaannya adalah apakah hukuman mati berhasil membuat pelaku kriminal Jepang ini berhenti.

Baca Juga: Akhir Hidupnya Tragis, Ini Awal Mula Junko Furuta Disekap 44 Hari, Disiksa dan Dirudapaksa hingga Dibunuh dengan Kejam

Hukum anti-gangster telah dipakai sejak terlacaknya kejahatan terorganisir pada 1999, melarang anggota geng untuk memiliki rekening bank dan mengoperasikan bisnis.

Hal ini membuat anggota resmi gangster di Jepang menurun dari lebih dari 100 ribu turun menjadi 25 ribu, dengan anggota Kudo-kai menurun 2/3 dari lebih dari 1200 anggota.

Tahun 2020, otoritas lokal meratakan kantor resmi gangster tersebut.

Polisi mencatat penangkapan telah turun di tingkat yang sama di waktu yang sama.

Baca Juga: Tak Sembarangan Asal Gambar di Tubuh, Ternyata Tatto Yakuza Memiliki Gambar dan Arti Berbeda-beda, Ini Dia Maknanya

Namun statistik bisa menipu, di antara kejahatan yang angkanya masih dicatat dengan statistik, 70% dari kejahatan itu berurusan dengan kasus pencurian biasa, seperti pencurian sepeda, sementara 20% kejahatan adalah mengemudi ugal-ugalan.

Tidak ada catatan yakuza, tapi di saat yang sama sumber pendapatan tradisional dunia bawah tanah Jepang, judi, perdagangan wanita, dan obat-obatan terlarang, tetap besar dan kejahatan finansial terus meningkat.

Yakuza juga aktif di kasino bawah tanah, situs judi internet dan wahana mahjong, seperti halnya judi online, yang walaupun ilegal di Jepang, telah terus meningkat secara dramatis selama beberapa tahun terakhir.

Yakuza juga meningkatkan aktivitas perdagangan anak-anak kecil, dengan pelanggaran di kategori ini meningkat dua kali lipat di abad ke-21.

Baca Juga: Kematian Eksekutif Yakuza Jepang Ini Sempat Ditutup-tutupi, Ternyata Meninggal Karena Ini, Bahkan Lebih Ditakuti Dibandingkan Pistol Yakuza

Sedangkan kasus perdagangan obat-obatan terlarang, pelanggaran penggunaan ganja telah meningkat 4 kali lipat sejak tahun 2000, menurut laporan White Paper on Crime yang mendapat laporan dari polisi, sedangkan kejahatan narkoba dan psikotropika meningkat dua kali lipat dalam waktu yang sama.

Maka dari itu, walaupun geng yakuza tidak beroperasi seterbuka yang dahulu, mereka masih sama aktifnya, hanya saja lebih rahasia.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait