Penulis
Intisari-Online.com -Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap sebagai pemimpin yang terpilih secara demokratis paling efektif di dunia saat ini.
Hal ini menjadi semakin luar biasa karena Jokowi berhasil di salah satu negara paling sulit di dunia untuk diperintah.
Bayangkan saja, Indonesia membentang 5.125 kilometer dari timur ke barat, membuatnya lebih luas dari benua Amerika Serikat, dan terdiri dari 17.508 pulau.
Selain itu, hanya sedikit negara besar yang dapat menandingi keragaman etnis di Indonesia.
Hal-hal inidikatakan Kishore Mahbubani, mantan diplomat Singapurasekaligus peneliti terkemuka di Asia Research Institute di National University of Singapore, dalam sebuah artikel berjudulThe Genius of Jokowi(Jenius Jokowi) yang tayang di Project Syndicate, Rabu (6/10/2021).
Ketika ekonomi Indonesia menyusut 13,1% pada tahun 1998 sebagai akibat dari krisis keuangan Asia, banyak pakar meramalkan bahwa Indonesia akan runtuh, seperti Yugoslavia.
Dengan latar belakang ini, Jokowi telah melakukan lebih dari sekadar memerintah secara kompeten.
Dia telah menetapkan standar pemerintahan baru yang seharusnya membuat iri negara-negara demokrasi besar lainnya.
Jokowi telah menjembatani kesenjangan politik Indonesia. Hampir satu tahun setelah Joe Biden memenangkan pemilihan presiden AS 2020, 78% dari Partai Republik masih tidak percaya dia terpilih secara sah.
Biden menjabat sebagai senator AS selama 36 tahun, tetapi dia tidak dapat menyembuhkan perpecahan partisan Amerika.
Sebaliknya, capres dan cawapres yang dikalahkan Jokowi dalam pemilihannya kembali 2019 – Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno – kini menjabat di kabinetnya (masing-masing sebagai menteri pertahanan dan menteri pariwisata).
Jokowi juga telah membalikkan momentum pertumbuhan partai-partai paling “Islamis” di Indonesia, sebagian dengan menjadi inklusif.
Sementara Presiden Jair Bolsonaro telah memperdalam perpecahan di Brasil, negara yang populasinya mirip dengan Indonesia, Jokowi telah menyatukan kembali negaranya secara politik.
Setelah karir politik yang sukses, Jokowi bisa saja secara alami hanyut ke dalam perusahaan miliarder, seperti yang dilakukan banyak politisi.
Tetapi orang miskin tetap menjadi fokusnya, dan tidak mengherankan bahwa pemerintahannya telah memberikan banyak program untuk membantu mereka.
Pada tahun 2016, misalnya, pemerintah melakukan redistribusi tanah kepada masyarakat miskin melalui formalisasi kepemilikan tanah.
Pemerintah memperkenalkan Kartu Indonesia Sehat dan skema asuransi kesehatan nasional baru, yang ditujukan untuk memberikan perawatan kesehatan universal.
Demikian pula, pemerintah meluncurkan Kartu Indonesia Pintar untuk meningkatkan partisipasi sekolah dan mencapai pendidikan universal, dan menyelenggarakan program bantuan tunai untuk masyarakat miskin (Program Keluarga Harapan).
Sebelum Jokowi menjabat pada tahun 2014, koefisien Gini ketimpangan kekayaan Indonesia terus meningkat, dari 28,6 pada tahun 2000 menjadi 40 pada tahun 2013.
Koefisien kemudian menurun menjadi 38,2, penurunan signifikan pertama dalam 15 tahun.
Namun, tidak seperti banyak pemimpin yang menganjurkan program besar pemerintah untuk membantu orang miskin, Jokowi bijaksana secara fiskal.
Utang publik Indonesia rendah menurut standar internasional, kurang dari 40% dari PDB.
Pada saat yang sama, Jokowi adalah seorang kapitalis yang gigih.
Sebagai mantan eksportir furnitur, ia memahami betul tantangan yang dihadapi usaha kecil.
Karena itu, dia menggunakan popularitasnya untuk mendorong melalui langkah-langkah yang menyakitkan, seperti mereformasi undang-undang perburuhan untuk memungkinkan perusahaan menghemat di masa-masa sulit dan menghilangkan subsidi bahan bakar.
Jokowi juga berkomitmen untuk pembangunan infrastruktur.
Selama masa kepresidenannya, pemerintah telah mengembangkan rencana berani untuk membangun jalan raya di seluruh Indonesia, dari Aceh di barat hingga Papua di timur.
Selain itu juga pembangunan jalur kereta api dibeberapa wilayah di Indonesia.
Reformasi Jokowi membantu meningkatkan peringkat Indonesia dalam indeks Doing Business Bank Dunia dari peringkat 120 pada tahun 2014 menjadi peringkat ke-73 pada tahun 2020.
Saat ini, Indonesia seharusnya menikmati ledakan ekonomi, tetapi COVID-19 menghantam negara ini dengan keras.
Namun, Jokowi bertindak lebih awal dan tegas untuk mengamankan 175 juta dosis vaksin untuk populasi 270 juta.
Sikap Jokowi secara geopolitik juga bijaksana, dengan bijak menjaga hubungan baik dengan China dan ASsaat persaingan kekuatan besar terjadi.
Jokowimengatakan kepadapenulisdalam sebuah wawancara bahwa dia telah mendorong AS untuk berinvestasi lebih banyak di Indonesia, karena investasi China telah jauh lebih besar dalam beberapa tahun terakhir.
Indonesia berpartisipasi dalam banyak proyek yang terkait dengan Belt and Road Initiative China, termasuk kereta api Jakarta-Bandung, zona ekonomi khusus pariwisata di Jawa, pembangkit listrik tenaga air Kayan di Kalimantan Utara, perluasan pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera, dan pengembangan Bandara Internasional Lembeh di Sulawesi.
Penulis kemudian mengatakankeberhasilan Jokowi patut diapresiasi lebih luas. Dunia dapat belajar banyak dari model pemerintahannya yang baik.