Penulis
Intisari-Online.com- Peristiwa Gerakan 30 September atau G30S menjadi salah satu tragedi kelam dalam sejarah bangsa Indonesia.
Pada 30 September 1965 malam hingga pagi keesokannya, sebanyak tujuh orang perwira TNI dibunuh secara keji.
Mereka dituduh akan melakukan makar terhadap Presiden Pertama RI Soekarno melalui Dewan Jenderal.
Jenazah ketujuh pahlawan revolusi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sebuah sumur di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Baca Juga: Latar Belakang hingga Penyelesaian Pemberontakan PKI Madiun 1948
Salah satu yang menjadi korban yakniPanglima AD Ahmad Yani.
Mayjen Soeharto sebagai Pangkostrad yang saat itu secara otomatis bisa menggantikan posisi Jenderal Ahmad Yani, konon segera melakukan inisiatif untuk melumpuhkan aksi G30S.
Tidak hanya pasukan TNI AD yang bergerak untuk melakukan penumpasan, melainkan organisasi massa dan keagamaan, serta partai anti-PKI juga turun tangan.
Terduga anggota PKI ditangkap dan ada yang dibunuh. Markas mereka dihancurkan.
Aksi penumpasan ini tertuang dalam dokumen rahasia CIA yang dibuka oleh Kedutaan Besar AS di Indonesia pada 17 Oktober 2017.
Gerakan pemerintah Indonesia akibat G30S/PKI tercatat dalam dokumen rahasia CIA September 1965 itu.
Melansir dari Tribunnews yang mengutip dari nsarchive.gwu.edu, dokumen rahasia ini dibuka oleh Arsip Keamanan Nasional di The George Washington University.
Dalam dokumen tersebut menggambarkan para diplomat di Keduataan Besar Jakarta mencatat bahwa pemimpin PKI telah dieksekusi.
Serta pejabat AS secara aktif mendukung upaya Angaktan Darat Indonesia untuk menghancurkan anggota PKI yang tertinggal di Indonesia.
Ada sekitar 39 dokumen yang tersedia dari hampir 30.000 halaman arsip yang merupakan catatan harian Kedutaan Besar AS di Jakarta, Indonesia, dari tahun 1964-1968.
Tak sedikit bab penting dibahas dalam dokumen tersebut.
Salah satunya soal meningkatnya ketegangan antara Angkatan Darat dan PKI.
TNI AD membunuh 500.000 pendukung PKI yang diduga dilakukan antara Oktober 1965 sampai Maret 1966.
Selain itu, satu juta orang pendukung PKI dipenjarakan.
Baca Juga: 5 Pemimpin Komunis yang Melegenda dan Hasil Propaganda Mereka
Hingga akhirnya masa kepemimpinan Soekarno digantikan oleh Jenderal Soeharto.
Berikut isi dokumen tersebut yang telah diterjemahkan.
Harus dipahami, laporan ini adalah dari sudut pandang subjektif CIA dan Amerika terhadap Indonesia.
"Kami terus menerima laporan PKI dibantai Ansor (milisi Muslim) di banyak wilayah di Jawa Timur.
Pembunuhan atas anggota PKI terus berlanjut di desa-desa perbatasan di Surabaya dan mereka yang terluka yang dilepaskan menolak kembali ke rumah.
Menurut Kepala Jawatan Kereta Api Jawa Timur, 5 stasiun ditutup karena para pekerjanya takut bekerja karena banyak dari mereka dibunuh," demikian bunyi telegram dari Konsulat AS di Surabaya untuk Kedutaan Besar AS di Jakarta, 26 November 1965.
"Sementara itu, baik di provinsi-provinsi dan Jakarta, PKI terus ditekan namun yang menjadi masalah utama adalah para tahanan itu akan diberi makan apa dan dipenjarakan di mana," (kabel diplomatik/telegram diplomatik bertanda 'Rahasia' dari Political Affairs Counselor di Kedutaan Besar AS di Jakarta ke Washington DC, 30 November)
"Kekerasan Anti-PKI membuat sekitar 100 ribu PKI tewas. Sumber yang bisa dipercaya di Bali menginformasikan kalau anggota PKI yang tewas di Pulau Bali mencapai sekitar 100 ribu termasuk keluarga dan relasi jauh Gubernur Sutedja, pendukung rahasia PKI," telegram bertuliskan Rahasia dari Political Affairs Counselor Kedutaan Besar AS di Jakarta kepada Washington DC, 21 Desember 1965.
"Sumber di Muhammadiah (atau Muhammadiyah, organisasi muslim terbesar di Indonesia) melaporkan kalau para kiai di masjid-masjid Muhammadiah berkotbah kalau mereka yang secara sadar bergabung dengan PKI harus dibunuh," telegram bertuliskan Rahasia dari Konsulat Jenderal di Medan kepada Kedutaan Besar AS di Jakarta, 6 Desember 1965.
"Para anggota PKI yang bergabung dengan sadar itu digolongkan sebagai kafir dan bermoral rendah, menumpahkan darah mereka sama seperti membunuh ayam.
Tampaknya ini membuat para Muslim Muhammadiyah seperti mendapat ijin untuk membunuh."
"Dokumen yang baru dirilis ini memastikan kalau para diplomat AS memiliki informasi detil mengenai pembunuhan massal yang terjadi pada 1965-1966," kata PhelimKine, deputy Asia director Arsip Keamanan Nasional AS.
"Pemerintah AS kini harus merilis dokumen-dokumen tersisa, tidak hanya sebagai catatan sejarah salah satu tindakan paling keji di abad 20, namun juga sebagai langkah maju memberika keadilan bagi para korban."
Dikutip dari Harian Kompas, 5 Oktober 1965, jenazah ketujuh perwira tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, bertepatan dengan HUT ke-20 ABRI.
Namun, sebenarnya masih ada 3 orang lain yang juga turut dibunuh pada rentetan peristiwa G30S/PKI itu.
Namun, jasad mereka tidak turut dibuang dalam sumur yang sama dengan ketujuh jasad perwira TNI tersebut.
Ketiganya adalah Aipda K.S. Tubun, Brigjen Katamso, dan Kolonel Sugiono.
Semuanya, baik yang jasadnya dibuang di Lubang Buaya atau tidak, dianugerahi gelar sebagai pahlwan revolusi untuk menghormati jasa dan pengorbanannya.
(*)