Penulis
Intisari-Online.com -Mei lalu, pasukan Israel melakukan serangankeGaza, dalam pertempuran dengan Hamas, yang layak disebut sebagai kejahatan perang, kata organisasi Human Rights Watch (HRW).
Penyelidikan oleh organisasi kampanye hak asasi manusia itu terhadap peristiwa yang disebut sebagai "tiga serangan udara Israel yang menewaskan 62 warga sipil tidak menemukan bukti adanya target militer di dekat lokasi serangan".
Militer Israel mengatakan mereka hanya menghantam target militer di Gaza.
Laporan tersebut juga mengatakan 4.300 roket yang ditembakkan kelompok militan Palestina ke Israel merupakan serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil.
Dalam pertempuran yang berlangsung selama 11 hari, sedikitnya 260 orang tewas di Gaza dan 13 orang tewas di Israel.
PBB mengatakan setidaknya 129 orang yang tewas di Gaza adalah warga sipil.
Meski demikian, Amerika Serikat sebagai sekutu dekat Israel tetap memberikan bantuan anggaran untuk sistem pertahanan Israel.
Parlemen AS pada Kamis (23/9/2021) menyetujui anggaran 1 miliar dollar AS (Rp 14,24 triliun), untuk memasok sistem pertahanan rudal Iron Dome ke Israel.
Transfer tunai disetujui DPR dengan suara bulat 420-9, setelah sempat dihapus akibat tekanan dari kaum progresif.
"Pengesahan ini mencerminkan persatuan besar di Kongres... untuk keamanan Israel," kata Nancy Pelosi, pemimpin DPR dari demokrat, dikutip dari AFP.
"Bantuan ke Israel sangat penting karena keamanan Israel merupakan keharusan bagi keamanan Amerika."
Iron Dome menghancurkan ribuan roket jarak pendek dan peluru yang diluncurkan oleh Hamas dari Gaza, sebelum dapat menghantam daerah-daerah berpenduduk, kata para ofisial Israel.
Senjata itu didukung oleh Amerika Serikat sejak diluncurkan satu dekade lalu dengan nilai 1,6 miliar dollar AS, menurut Congressional Research Service.
Namun, pemimpin Partai Republik Kevin McCarthy mencela apa yang dia sebut kapitulasi Demokrat untuk pengaruh anti-Semit dari anggota radikalnya.
Dean Phillips, anggota kongres dari Demokrat asal Minnesota, menulis di Twitter bahwa dia tidak percaya rekan-rekannya akan keberatan membela salah satu sekutu terpenting dan satu-satunya negara Yahudi di dunia dari roket Hamas.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett berterima kasih kepada kedua pihak atas komitmen mereka terhadap keamanan negara, dan rakyat Amerika atas persahabatan setia.
Keberatan terhadap pendanaan tersebut menunjukkan bahwa kaum progresif menjadi semakin skeptis terhadap bantuan tanpa pamrih kepada Israel, tiga bulan setelah Naftali menggulingkan perdana menteri garis keras sayap kanan Benjamin Netanyahu.
Rashida Tlaib dan Ilhan Omar, wanita Muslim pertama di Kongres AS, menulis di twit tentang ketidaksetujuan mereka terhadap pendanaan tersebut karena pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Palestina dan perluasan pemukiman ilegal.