Tak Sudi Gandeng Israel, Meski Taliban Sudah Berkuasa dan Siap Menjalin Hubungan dengan Negara Lain di Dunia, Ternyata Negara Yahudi Ini Dihindari, Alasannya?

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Taliban Siap Menjalin Hubungan dengan Negara Lain di Dunia, tapi Tidak dengan Israel

Intisari-Online.com - Setelah 20 tahun, Taliban mendapatkan kembali kendali atas Kabul pada 15 Agustus dan menjadi otoritas tertinggi Afghanistan.

Setelah perebutan Kabul, Taliban tampaknya mengikuti norma-norma internasional dan mencari hubungan baik dengan tetangga mereka.

Tetangga Afghanistan, seperti China, India, Iran, Rusia, dan negara-negara Teluk, mengejar hubungan dengan Taliban untuk kepentingan mereka sendiri.

Melansir Tribunnews.com, juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan, pihaknya siap menjalin hubungan dengan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di seluruh dunia, kecuali satu.

Baca Juga: Sampai Picu Lahirnya Simbol Perlawanan Baru Rakyat Palestina, Kisah Napi yang Kabur 'Hanya' Bermodal Sendok Ternyata Pernah Dua Kali Terjadi di Indonesia, Penjara Legendaris Ini Jadi 'Inspirasinya'

"Ya, jika AS ingin membangun hubungan dengan kami, untuk kepentingan kedua negara dan jika AS ingin berpartisipasi dalam rekonstruksi Afghanistan, kami selalu menyambut," kata Shaheen.

Tentu saja, kami tidak akan memiliki hubungan apa pun dengan Israel.

Kami ingin membangun hubungan dengan semua negara, kecuali Israel," tegas Shaheen Berbicara kepada media Rusia Sputnik pekan lalu.

Dalam editorial yang diterbitkan di Jerusalem Post pada Kamis (9/9/2021), penulis Seth J Frantzman mengatakan bahwa sebagian besar negara yang menolak memiliki hubungan dengan Israel saat ini adalah negara mayoritas muslim.

Baca Juga: Sekutu Dekat, Tak Disangka Israel Jadi Alasan AS Tak Jual Jet Tempur F-22 Versi Asli ke Negara Lain, Takut Israel Bakal Lakukan Hal Ini

Negara-negara ini memiliki satu pandangan yang tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan negara Yahudi, serta sikap yang mendukung atas merdekanya Palestina.

Menurut sang penulis, pernyataan juru bicara Taliban didasarkan pada aturan hubungan internasional sejak tahun 1948 dan telah diterima di negara-negara Muslim.

Sejak 1948, Israel telah berulang kali mengobarkan perang dengan negara-negara Arab, yang sebagian besar telah dimenangkan.

Itu menyebabkan Mesir menormalkan hubungan dengan Israel pada 1979 dan Yordania pada 1994.

Namun, dunia Arab lainnya masih menganggap Israel sebagai musuh yang mencaplok tanah Palestina secara brutal.

Baca Juga: Bikin Mossad Pontang-Panting 'Curi Formula Rahasia,' Inilah Jet Tempur Kfir si Singa Langit Israel, Saking Bagusnya hingga Dipinjam Marinir Amerika Serikat

Di antara negara-negara Muslim yang belum menjalin hubungan dengan Israel adalah Iran, Irak, Arab Saudi, Suriah, Qatar, Pakistan, Indonesia, dan Malaysia.

Arab Saudi bahkan tidak menganggap Israel sebagai negara yang sah.

Qatar dan Pakistan, dua negara dengan hubungan dekat yang dianggap sebagai mediator yang menghubungkan Taliban dengan komunitas internasional, juga belum menjalin hubungan dengan Israel.

Di bawah kepemimpnan mantan Presiden AS, Donald Trump, Amerika adalah negara yang aktif untuk membantu Israel menormalkan hubungan dengan dunia Muslim, melalui Perjanjian Abraham.

Baca Juga: Akrab dengan Pistol dan Senapan, Wanit Israel Tak Hanya 'Gagahnya di Medan Perang,' Inilah 10 Fakta Menarik Lainnya!

Perjanjian yang ditandatangani pada tahun 2020 membuka jalan bagi Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain untuk menjalin hubungan dengan Israel.

Ahli Zev Chafets, mantan penasihat Perdana Menteri Israel Menachem Begin (1977-1983), mengatakan di surat kabar Bloomberg, bahwa Israel dapat dengan jelas merasakan kesepian ketika AS menarik diri dari Afghanistan.

Jarak geografis antara Tel Aviv dan Kabul adalah sekitar 3.200 km.

Tetapi setelah penarikan pasukan AS dari Afghanistan, Israel semakin khawatir bahwa Taliban dan sekutunya memberikan tekanan besar ke mereka.

Ini adalah pandangan yang dibuat Perdana Menteri Israel Naftali Bennett saat bertemu dengan Presiden Joe Biden di Gedung Putih.

“Kami tinggal di salah satu daerah yang di kelilingi dengan kelompok-kelompok. Perbatasan selatan dikelilingi oleh ISIS, Hizbullah di utara, Hamas dan milisi Iran. Mereka semua ingin menghancurkan negara Yahudi," kata Bennett.

Baca Juga: Pantesan Dari Semua Negara yang Ada di Dunia Ini, Cuma Negara ini Yang Paling Dihindari Taliban, Rupanya Ini Alasan Mengapa Negara Ini Begitu Dibencinya

Kelompok tersebut memusuhi Israel semuanya dan mengucapkan selamat kepada Taliban atas kemenangan di Afghanistan.

Setelah berabad-abad, pasukan Taliban berhasil mengalahkan kekuatan yang kuat dari Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat.

Setelah jatuhnya pemerintah Afghanistan pro-Amerika, pemimpin Hamas Palestina Ismail Haniyeh menelepon untuk memberi selamat kepada wakil pemimpin Taliban, Abdul Ghani Baradar.

Haniyeh mengatakan kemenangan Taliban adalah awal dari kejatuhan semua pasukan pendudukan, termasuk pendudukan Israel atas wilayah Palestina, sementara itu, Baradar berharap kemenangan Palestina dalam perlawanan mereka.

Komunitas Syiah di Iran, juga memberi selamat kepada Taliban, dengan mengatakan “saudara-saudara Muslim telah memenangkan orang-orang kafir".

Sejak Revolusi Islam 1979, Iran telah menjadi musuh tak terkalahkan dengan Israel.

Iran kini telah menyatakan siap menjalin hubungan dengan pemerintah yang didirikan oleh Taliban di Afghanistan.

Baca Juga: 2.000 Pecahan Alat dari Abad Pertengahan Ini Ungkap Bahwa Orang Yahudi di Inggris Bahkan Sudah Mematuhi Hukum Halal dan Haram

(*)

Artikel Terkait