Penulis
Intisari-Online.com - China kerap mendapat kecaman, dibenci setengah mati karena berbagai ulahnya, misalnya soal Laut China Selatan.
Bahkan, Indonesia termasuk salah satu negara yang harus menghadapi ulah China di kepulauan Natuna.
Wilayah tersebut konon katanya juga menjadi incaran Negeri Tirai Bambu tersebut.
Terlepas dari sepak terjangnya yang meresahkan dunia, ternyata di masa lalu China sempat nyaris bantu Indonesia menjadi salah satu militer terkuat yang ditakuti Amerika.
Bagaimana hal itu terjadi?
Mengutip dalam buku "30 Tahun Indonesia Merdeka (1977)", melalui Harian Surya, tepatnya pada 16 Januari 1965 Presiden Soekarno meresmikan Pusat Penelitian Nuklir dengan menggunakan reaktor IRI-2000 dari Uni Soviet.
Pusat Penelitian Nuklir itu awalnya memiliki tujuan untuk mengembangkan reaktor nuklir.
Namun, secara terselubung Presiden Soekarno mengarahkannya untuk dijadikan senjata perang, di mana Indonesia secara terbuka berniat membuat senjata nuklir.
Hal itu seperti yang terungkap dalam jurnal internasional yang secara resmi diterbitkan The Nonproliferation Review pada tahun 2000, berjudul "When Soekarno Sought the Bomb Nuclear Aspiration in Mid-1960's".
Jurnal tersebut ditulis Robert M Cornejo, tentara sekaligus peneliti militer AS.
Dilaporkan, awal tahun 1960-an Presiden Soekarno berusaha menggerakan Indonesia melakukan revolusi militer untuk melawan kolonialisme dan imperalisme, yang dialamatkan ke negara barat.
Indonesia saat itu mempunyai Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang diawasi untuk mengembangkan tenaga nuklir.
Amerika pada tahun 1960-an juga membantu Indonesia mengembangkan energi atom, reaktor nuklir dibangun di bandung. Namun, kekuatannya relatif kecil hanya 250 kilowatt.
Pada 17 Oktober 1964, Indonesia memiliki reaktor nuklir pertama di Bandung.
Tetapi, sejak China sukses menguji Bom Atom pertamanya, Indonesia yang mendengar kabar itu berdecak kagum dengan China.
Kemajuan China itu membuat Indonesia merapat ke China.
Pada tahun 1964, Presiden Soekarno menyatakan dukungan pengetahuan atomnya untuk revolusi.
Kesuksesan China itu membuka mata dunia bahwa Asia tidak lagi mampu dikuasi oleh Barat, seperti yang diungkapkan Menteri Penerangan Roeslan Abdulghani.
Saat itu Indonesia menjalin hubungan dengan Soviet, mereka berjanji akan membantu Indonesia bersama dengan China.
Indonesia pun kemudian bersahabat baik dengan China melalui poros Jakarta-Peking, menurut New York Times, dilaporkan China juga melatih insiyur Indonesia mengembangkan bom nuklir.
Baca Juga: Cek Weton Minggu Pon: Beginilah Watak, Rezeki serta Jodoh yang Cocok untuk Orang Minggu Pon
Amerika dan Australia yang sempat menganggap enteng karena reaktor nuklir Indonesia yang kecil, kemudian dibuat ketar-ketir ketika tahun 1965 Hartono mengumukan bahwa 200 ilmuwan nuklir Indonesia menguji bom atom.
Menteri Pertahanan Australia Shane Paltridge pun berujar pernyataan Hartono tidak bisa diremehkan.
Saat itu, Lembaga teknologi Atom dinaikkan menjadi setingkat kementrian, berubah nama menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).
"Sudah kehendak Tuhan, Indonesia segera memproduksi bom atom sendiri," kata Soekarno, dalam pidato di Bandung 24 Juli 1965.
Namun, sebelum proyek itu selesai, rencana itu malah gagal.
Hal itu karena kondisi Indonesia terusik dengan munculnya G30S PKI.
Suksesi kekuasan Soeharto membuat program itu mandek, Orde Baru sama sekali tidak tertarik membuat senjata nuklir.
Nuklir pada era Soeharto hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan, dan pembangunan ekonomi negara.
Baca Juga: Coba Saja Konsumsi Jus Wortel dan Jahe, Manfaatnya Bisa Mengurangi Risiko Penyakit Mematikan Ini
(*)