Menurut USAID, lembaga pembangunan internasional Amerika Serikat, kisah bantuan kopi di Timor Leste oleh lembaga ini dimulai pada tahun 1994.
Ketika itu, USAID meyakinkan pemerintah Indonesia untuk meringankan kendali atas industri kopi kecil di Timor Leste.
"Pemerintah Suharto melonggarkan cengkeramannya, USAID membantu National Cooperative Business Association (NCBA) mengorganisir 450 petani kopi menjadi apa yang sekarang menjadi Cooperatíva Café Timor (CCT), eksportir kopi terbesar di Timor Leste dengan setidaknya 24.000 anggota petani," dikutip usaid.gov (31/7/2019).
"CCT juga merupakan pemberi kerja utama perempuan sebagai persentase dari staf tetapnya dengan 40 persen dari 580 pekerja perempuan."
Sementara itu, Amerika Serikat adalah salah satu mitra dagang utama Timor Leste dan pelanggan untuk kopi dan rempah-rempah CCT.
Termasuk McCormick & Co. untuk rempah-rempah dan Starbucks untuk kopi bersertifikat Timor Fair Trade.
Starbucks membeli kopi CCT pertamanya pada tahun 1996.
“Dari kopi, petani bisa menerima uang dan langsung menggunakannya, tidak seperti pendapatan lain seperti minyak,” katanya Manajer proyek CCT di Letefoho, Longuinhos Salsinha, yang telah bergabung dengan CCT sejak awal.
Menurutnya, petani bisa langsung merasakan apa yang telah mereka lakukan. "Mereka menanam. Mereka panen. Mereka menerima uang dan dapat menggunakan uang itu untuk menghidupi keluarga mereka," katanya.
Sampai saat ini, jaringan kedai kopi global kenamaan, Starbucks, telah menampilkan 2 biji kopi utuh dari Timor Leste: East Timor Peaberry dan Tatamailau Timor Timur.
Kedai kopi global ini terus membeli kopi dari Timor Leste setiap panen karena kualitasnya meningkat, dikutip laman Stories Starbuck.