Penulis
Intisari-Online.com - Sebanyak 41 orang meninggal dunia akibat kebakaran yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Tangerang, Kota Tangerang, pada Rabu (8/9/2021) dini hari sebagaimana dilansir Kompas.com.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Fadil Imran berujar, korban yang meninggal dievakuasi ke dua RS yang berbeda di Kota Tangerang, yakni RSUD Kabupaten Tangerang dan RSUP Sitanala.
"Kemudian, yang luka berat ada delapan orang."
"Kemudian, yang luka ringan ada 72 orang. Itu dirawat di poliklinik lapas," sebut Fadil pada awak media di Lapas Kelas 1 Tangerang, Rabu.
Kepolisian, sebut Fadil, bakal menyelidiki penyebab terjadinya kebakaran.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Rika Aprianti sebelumnya menyatakan, kebakaran itu terjadi sekitar pukul 01.50 WIB.
Kini Ditjen PAS membuka hotline aduan bagi keluarga tahanan di Lapas Kelas 1 Tangerang yang mengalami kebakaran.
320Tahanan Dibiarkan Tewas Terbakar pada 1930 di Ohio
Kematian masal akibat kejadian serupa juga menjadi catatan kelam sejarah Amerika.
Kebakaran di penjara Ohio membunuh 320 narapidana, beberapa di antaranya terbakar sampai mati karena kuni sel tidak dibukakan.
Peristiwa ini adalah salah satu bencana penjara terburuk dalam sejarah Amerika.
Melansir History.com, Lembaga Pemasyarakatan Negara Bagian Ohio dibangun di Columbus pada tahun 1834.
Sepanjang sejarahnya, penjara ini memiliki reputasi yang buruk.
Epidemi kolera melanda lapas itu pada tahun 1849, menewaskan 121 narapidana.
Pada tahun 1893, seorang pengawas penjara menulis bahwa "sepuluh ribu halaman sejarah Lembaga Pemasyarakatan Ohio tidak cukup memberikan satu gambaran pun tentang kemalangan batin 1.900 narapidananya."
Penjara, yang dibangun untuk menampung 1.500 orang, hampir selalu penuh sesak dan terkenal karena kondisinya yang buruk.
Pada saat kebakaran tahun 1930, ada 4.300 tahanan yang tinggal di penjara.
Kru konstruksi sedang mengerjakan perluasan dan perancah didirikan di sepanjang satu sisi bangunan.
Pada malam 21 April, kebakaran terjadi di perancah.
Blok sel yang berdekatan dengan perancah menampung 800 tahanan, yang sebagian besar sudah dikunci untuk malam itu.
Para narapidana memohon untuk dikeluarkan dari sel mereka saat asap memenuhi blok sel.
Namun, sebagian besar laporan mengklaim bahwa para penjaga tidak hanya menolak untuk membuka sel, mereka terus mengunci tahanan itu.
Sementara itu, api merembet ke atap, membahayakan narapidana di tingkat atas penjara juga.
Akhirnya, dua tahanan secara paksa mengambil kunci dari seorang penjaga dan memulai upaya penyelamatan mereka sendiri.
Sekitar 50 narapidana berhasil keluar dari sel sebelum asap tebal menghentikan evakuasi dadakan.
Atap kemudian runtuh di sel-sel atas. Sekitar 160 tahanan terbakar sampai mati.
Meskipun beberapa penjaga berusaha menyelamatkan nyawa mereka, ketidakpedulian yang tampaknya disengaja ditunjukkan oleh penjaga lain menyebabkan dan itu memicu kerusuhan.
Petugas pemadam kebakaran awalnya tidak bisa mendapatkan akses ke api karena tahanan yang marah melempari mereka dengan batu.
Pada saat api berhasil dikendalikan, 320 orang tewas dan 130 lainnya luka parah.
Tragedi itu dikutuk oleh publik dan pers karena seharusnya dapat dicegah sejak awal.
(*)