Intisari-Online.com - Vaksin virus corona digadang-gadang sebagai senjata paling ampuh untuk menekan angka penyebaran.
Oleh karenanya, ratusan negara di dunia berlomba-lomba mendatangkan miliaran vaksin virus corona untuk warganya.
Tak terkecuali di Indonesia.
Pemerintah Indonesia bahkan menggunakan banyak vaksin virus corona. Seperti Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, dan Moderna.
Kini banyak warga yang berlomba-lomba mendapatkan dosis pertama atau kedua.
Akan tetapi sebuah data bari dari Inggris menunjukkan di Amerika Serikat (AS) dan Israel kemanjuran vaksin sudah mulai berkurang.
Dilansir dari dailymail.co.uk pada Jumat (3/9/2021), Kepala kesehatan AS minggu ini merilis angka yang menunjukkan vaksin Pfizer dan Moderna sekarang hanya mengurangi risiko rawat inap sekitar 75 persen terhadap varian Delta pada lansia.
Angka itu jauh dibandingkan dengan 95 persen ketika vaksin pertama kali tersedia.
Dan sebuah penelitian di Inggris oleh King's College London minggu lalu menemukan dua dosis menjadi kurang efektif dalam menghentikan infeksi dalam beberapa bulan terakhir.
Dia melaporkan perlindungan setelah dua suntikan berkurang untuk beberapa vaksin.
Di antaranya Pfizer menurun dari 88 persen pada satu bulan menjadi 74 persen pada enam bulan.
Dan untuk AstraZeneca, efektivitas turun dari 77 persen menjadi 67 persen.
Walau begitu, salah satu pakar Covid top Inggris, Profesor Paul Hunter, mengatakan data ini jangan membuat kita tidak mau divaksin.
Justru kalau bisa Anda segera divaksin dan mungkin bisa mendapatkan vaksin booster.
Khususnya untuk orang-orang berusia di atas 80-an.
Untuk berjaga-jaga, Profesor Paul Hunter meminta mereka yang sudah divaksin agar tetap berada di rumah dan tidak berkeliaran.
Kekhawatiran Profesor Paul Hunter semakin besar ketika sekolah kembali dibuka.
Apalagi varian Delta yang lebih menular dan sekarang dominan.
Dia mengatakan jika banyak orang tidak divaksinasi 5 atau 10 persen semuanya terkena Covid dalam waktu singkat, itu akan membuat fasilitas kesehatan kolaps lagi.