Muncul Lagi Varian Baru Virus Corona, Varian Mu, Bakal Dipantau Khusus oleh WHO, Apakah Berbahaya?

Tatik Ariyani

Penulis

ilustrasi virus corona

Intisari-Online.com-Varian baru virus corona kembali muncul dengan nama Mu – huruf ke-12 dari alphabet Yunani, yang pertama kali terdeteksi di Kolombia pada awal tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Mu secara ilmiah dikenal sebagai B.1.621 dan telah diklasifikasikan sebagai variant of interest (VOI).

Itu berarti, bahwa sementara WHO menganggapnya layak untuk pemantauan khusus.

Varian Mu dipandang sebagai masalah potensial yang lebih kecil daripada strain Delta atau Alpha dari virus SARS-CoV-2, yang telah ditetapkan sebagai varian yang menjadi perhatian (variants of concern) karena virulensinya yang meningkat.

Baca Juga: Pasien Covid-19 di Seluruh Indonesia Boleh Bernapas Lega, Ternyata Konsumsi 3 Jenis Makanan Ini Bisa Percepat Proses Penyembuhan Kita,Nyesal Baru Tahu!

Ini adalah varian pertama yang masuk dalam kategori variants of interest yang ditambahkan ke daftar sejak Juni, ketika varian Lambda dimasukkan dalam daftar.

Melansir ABC News, menurut laporan epidemiologi terbaru WHO, varian Mu telah terdaftar sebagai varian "menarik".

Hal itu karena varian ini memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan, yang perlu dipelajari lebih lanjut.

Paul Griffin, seorang ahli penyakit menular dari Mater Health Services dan University of Queensland, mengatakan para ahli kesehatan terus-menerus mencari varian yang mungkin lebih mudah menginfeksi orang yang divaksinasi, melalui mutasi pada protein lonjakan virus.

Baca Juga: Ilmuwan Ungkap Cara Kerja Virus Corona Membunuh Manusia, Ternyata Prosesnya Hampir Sama Dengan Racun Ular yang Menyerang Manusia, Kok Bisa?

Griffin mengatakan, "Jika protein lonjakan itu berubah secara signifikan, maka pasti ada potensi vaksin Covid-19 bekerja kurang baik."

"Kami pikir akan ada waktu di mana itu menjadi sangat mungkin, tetapi kami belum benar-benar melihatnya," imbuh Griffin.

WHO menekankan, bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami efek varian Mu.

Namun Dr Griffin mengatakan, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa Mu cocok sebagai varian pelarian.

Menurut WHO, prevalensi varian Mu dalam infeksi Covid-19 global sebenarnya telah menurun sejak pertama kali terdeteksi, namun prevalensi di Kolombia (39 persen) dan Ekuador (13 persen) secara konsisten meningkat.

Varian ini menyumbang kurang dari 0,1 persen dari semua infeksi Covid-19 global, tetapi wabah B.1.621 juga telah dilaporkan di beberapa bagian AS dan Eropa.

Laporan epidemiologi WHO mengatakan, bahwa data awal menunjukkan varian Mu tampaknya lebih resisten terhadap antibodi.

Baca Juga: Orang Se-Indonesia Salah Kaprah! Ternyata Booster Vaksin Tidak Sama dengan Vaksin Dosis Ketiga, Lantas Apa Bedanya dan Gunanya?

Tapi Dr Griffin mengatakan, tes laboratorium itu tidak memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana kekebalan manusia bekerja di dunia nyata.

"Studi penetralisir itu sangat berguna, karena cukup mudah dilakukan dan cukup cepat, tetapi itu hanyalah bagian dari cerita, bukan keseluruhan cerita," katanya.

"Kita perlu melihatnya secara klinis. Sehingga, di dunia nyata, kita akan melihat apakah ada perubahan sifat, yang berarti vaksin benar-benar kehilangan kemanjurannya."

WHO juga menjelaskan, bahwa ini perlu diselidiki lebih lanjut dan Dr Griffin mengimbau agar warga Australia tak terlalu khawatir terhadap varian Mu.

Artikel Terkait