Dulu Jabatannya Mentereng, Begini Nasib Menteri Komunikasi Afghanistan Banting Setir Jadi Tukang Antar Makanan, Setelah Negaranya Tumbang di Tangan Taliban

Afif Khoirul M

Penulis

Mantan Menteri Sayed Sadaat Afghanistan.

Intisari-online.com - Kemenangan Taliban atas Afghanistan pada Minggu (15/8/21) menyisakan banyak kisah tak terduga.

Mulai dari tumbangnya rezim Afghanistan yang kini akan berganti ideologi menjadi negara Islam di tangan Taliban.

Namun, kemenangan itu tak serta merta diterima oleh banyak masyarakat yang hidup di Afghanistan.

Exodus besar-besaran terjadi, banyak rakyat Afghanistan memilih meninggalkan negaranya dan mencari perlindungan ke nagara lain.

Baca Juga: Sama-Sama Bertujuan Ingin Mendirikan Negara Islam, Mengapa Taliban dan ISIS Justru Bermusuhan? Terkuak, Perbedaan Ideologi Ini Penyebabnya!

Sementara itu, Presiden lama Afghanistan Ashraf Ghani juga meninggalkan negaranya.

Tak hanya Ashraf Ghani beberap pejabat yang sempat menjadi petinggi negara Afghanistan di bawah pemerintahannya juga meninggalkan Afghanistan.

Seperti misalnya, Menteri Penerangan Afghanistan Sayed Sadaat yang juga menuju Jerman.

Menurut Reuters pada Jumat (27/8/21) Sadaat yang menjabat sebagai menteri informasi dan komunikasi sudah meninggalkan Afghanistan lama.

Baca Juga: Dulu Musuh Bebuyutan Kini Militer AS dan Taliban Justru Malah Hadapi Musuh yang Sama ISIS-K, Mungkinkah Amerika dan Taliban Bakal Berkomplot?

Ia pergi ke Jerman pada September tahun lalu, dengan harapan memiliki masa depan lebih baik.

Memiliki gelar di bidang IT dan komunikasi, Sadaat bermaksud mencari pekerjaan terkait.

Tetapi karena dia tidak tahu bahasa Jerman, dia harus melakukan pekerjaan lain.

Kini ia menjadi pekerja pengiriman makanan cepat saji untuk Perusahaan Lieferando di Kota Leipzig, bagian timur negara itu.

"Bahasa adalah yang paling penting," kata Sadaat (49), yang juga warga negara Inggris.

Sadaat berbagi bahwa beberapa orang mengkritiknya karena melakukan pekerjaan seperti itu setelah melayani pemerintah Afghanistan selama 2 tahun sebelum meninggalkan kantor pada tahun 2018.

Baca Juga: Pantesan Amerika Marah Besar Sampai Berniat Kirim Kembali Militernya ke Afghanistan, Serangan Kelompok Teror Ini Dianggap Sudah Keterlaluan, Sampai Dicap Lebih Buruk dari Taliban

Namun,MenurutSadaat sekarang, semua itu hanyalah pekerjaan.

"Saya tidak perlu merasa bersalah. Saya berharap politisi lain mengikuti jalan yang sama, bekerja di depan umum, bukan hanya bersembunyi," kata Sadaat.

Setiap hari Sadaat mengikuti kelas bahasa Jerman selama kurang lebih 4 jam.

Kemudian mengantarkan makanan cepat saji ke Perusahaan Lieferando.

Shift enam jam Sadaat di malam hari, baru dimulai musim panas ini.

"Beberapa hari pertama sangat seru tapi sulit. Semakin banyak keluar dan bertemu orang, semakin banyak belajar," kata Sadaat, mengacu pada tantangan bersepeda di kota yang padat penduduk.

Baca Juga: Sampai Bikin Ratusan Pengikutnya Musnah Jadi Debu, Inilah 'Tombol Dendam' yang Bikin ISIS-K Nekat Serang Kabul, 'Ibu dari Segala Bom' Ini yang Jadi Pemicunya

Di negara asalnya Afghanistan, keluarga dan teman-teman Sadaat juga ingin meninggalkan negara itu.

Mereka berharap dapat bergabung dengan ribuan orang lainnya dalam penerbangan evakuasi atau mencoba mencari rute alternatif di luar negeri.

Menurut data dari Kantor Jerman untuk Migrasi dan Pengungsi, jumlah warga Afghanistan yang mengajukan suaka di negara itu telah meningkat lebih dari 130% sejak awal tahun ini.

Artikel Terkait