Penulis
Intisari-Online.com - Taliban dengan cepat menduduki ibu kota Afghanistan, Kabul, pada Minggu (15/8/2021), setelah 10 hari melancarkan serangan kilat selepas penarikan pasukan asing pimpinan Amerika Serikat (AS).
Pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban membuat pemerintah seluruh dunia panik membuat rencana untuk menyelamatkan sebanyak mungkin orang Afghanistan.
Melansir Kompas.com, bahkan suasana Pentagon pada Senin (16/8/2021) ikut mencekam, saat Taliban memasuki Kabul dan akhirnya menguasai Afghanistan.
Dilaporkan AFP pada Selasa (17/8/2021), personel militer Amerika Serikat tampak pasrah melihat kekacauan di bandara Kabul.
Beberapa orang juga mengkritik Kementerian Luar Negeri, yang memiliki otoritas tunggal untuk memberikan visa kepada mantan penerjemah dan staf pendukung militer AS lainnya serta keluarga mereka, karena menunggu lebih dari dua bulan untuk memulai proses bagi warga Afghanistan.
"Kami memperingatkan mereka selama berbulan-bulan, selama berbulan-bulan" bahwa situasinya mendesak, kata seorang pejabat militer, yang berbicara dengan syarat anonim.
"Saya tidak marah, saya frustrasi," kata petugas lainnya.
Pejabat Pentagon lainnya yang diwawancarai oleh AFP mengatakan, para diplomat telah mencoba mempercepat proses visa, tetapi masih terlalu lama dan rumit dalam situasi tersebut.
Perdebatan evakuasi massal
Tak lama setelah Biden mengumumkan penarikan pasukan, Pentagon mengatakan sedang membuat persiapan untuk evakuasi massal.
Tetapi pada pertengahan Juni pemerintah masih tidak menganggap evakuasi perlu dan lebih memilih pemberian visa khusus, padahal prosesnya bisa memakan waktu hingga dua tahun.
Baru pada akhir Juni, Gedung Putih mengangkat kemungkinan mengevakuasi penerjemah Afghanistan sebelum akhir penarikan militer, dan meminta bantuan Pentagon.
Sel krisis kemudian dibentuk untuk mengatur penerimaan pengungsi Afghanistan di pangkalan AS saat mereka menunggu visa dikeluarkan.
Di samping faktor momentum penarikan tentara AS dan lemahnya militer Afghanistan, kemenangan cepat Taliban juga menunjukkan mereka begitu kuat.
Menurut Pusat Pemberantasan Terorisme AS di West Point, ada perkiraan kekuatan inti kelompok Taliban berjumlah 60.000 orang.
Dengan tambahan kelompok milisi dan pendukung lainnya, jumlah mereka bisa melebihi 200.000 personel.
(*)