Penulis
Intisari-online.com -Taliban kini sudah menjadi musuh bersama bagi Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat.
Namun, ternyata ada yang ingin bekerjasama dengan Taliban.
Negara pertama seperti yang diketahui adalah China.
Namun China tidak sendirian.
Bahkan China mungkin harus berebut untuk bisa berhubungan baik dengan Taliban.
Jurnalis Timur Tengah, Sami Hamdi, mengatakan hal tersebut dalam kesempatan hadir di acara televisi Inggris Leading Britain's Conversation (LBC).
China malah harus melawan 3 negara lain untuk memenangkan pengaruh di Afghanistan.
Mereka juga memperhatikan sampai ke mana Taliban akan pergi, dalam upaya menjadi kekuatan berpengaruh di Afghanistan.
Hamdi memperingatkan, "Afghanistan memiliki potensi untuk melukai China, Rusia, Pakistan dan India.
"Keempatnya akan bersaing satu sama lain dan semua melihat Afghanistan sebagai kunci penting mencapai tujuan geopolitik mereka.
"Tepat ketika AS yakin Afghanistan adalah kunci meraih tujuan geopolitik mereka di wilayah tersebut," ujarnya dikutip dari Express.
Ia menjelaskan, "Semua negara ini sama-sama khawatir mengenai ke mana Taliban akan pergi."
Hamdi berspkeluasi tentang berbagai pilihan yang kini tersedia untuk Taliban saat mereka menyiapkan diri dalam kehadiran politik di Afghanistan tapi juga mencari dukungan para pemangku kepentingan internasional.
Hamdi bertanya: "Akankah mereka maju melawan orbit AS dan Barat dalam pengejaran pengakuan internasional yang tampaknya memang Taliban maju ke depan?
"Apakah mereka menyongsong China untuk pinjaman mudah dan kucuran uang serta infrastruktur?
"Mengingat Boris Johnson mengancam tidak akan memberi kucuran dana, Taliban akan memerlukan membangun ulang negara itu."
Ia menambahkan bagaimana negara seperti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan yang semuanya sekutu dari AS "sangat terkejut" dengan perilaku AS menarik diri dari negara dan kini khawatir dampak yang akan mereka lalui dalam permusuhan regional terhadap China, Rusia, Pakistan dan India.
Hamdi menjelaskan isu intinya adalah bagaimana Taliban memiliki agensi unik yang "tidak ada" di wilayah Timur Tengah, dan inilah mengapa negara adidaya berlomba-lomba berhubungan dengan kelompok tersebut.
Ia mengatakan: "AS memiliki tingkat terbatas atas Taliban, Rusia dan China juga.
"Sehingga ini adalah tentang lokasi geostrategis Afghanistan yang merupakan sumber masalah dan sumber sakit kepala para sirkel kebijakan luar negeri ketika semua orang kesulitan membuat pilihan yang sulit."
Hamdi menambahkan bahwa negara-negara yang berkompetisi itu kini menghadapi "kenyataan geopolitik dari Taliban" dan harus memutuskan arah mana mereka bergerak dalam bagaimana mengembangkan hubungan ideal secara geopolitik yang menguntungkan dengan Taliban tanpa harus mengorbankan isu seperti HAM.
Ia menjelaskan: "Dari pandangan AS, Taliban berguna untuk melawan China.
"Dari pandanga China Taliban digunakan untuk melawan AS."
Namun ia memperingatkan jika semua sisi menekan Taliban, Taliban bisa menghancurkan kelompok itu sendiri tanpa pernah mengamankan janji yang dikejar semua negara.
Boris Johnson, PM Inggris, mengatakan Selasa lalu jika Taliban bisa tetap setia pada janjinya akan ada pilihan bagi pemerintah Inggris membuka aset ke Taliban.
Aset itu berupa dana senilai miliaran yang bisa dipakai Taliban membangun infrastruktur di Afghanistan dan menjalankan negara itu.
Namun ia tekankan hal itu masih dipengaruhi beberapa faktor dan belum diputuskan.