Profesor Adam Brumm dari Griffith University, yang memimpin penelitian ini mengatakan penemuan DNA utuh adalah temuan langka.
"Suhu lembab tropis tidak bisa melestarikan DNA di tulang dan gigi manusia kuno," ujar Brumm.
"Hanya ada satu atau dua rangka pra-neolitik yang bisa dilihat DNA kuno di seluruh daratan Asia Tenggara.
"Di wilayah dunia yang lain, Eropa utara, di AS, analisis DNA kuno sangatlah merevolusi pemahaman kita mengenai cerita awal manusia: keragaman genetis manusia kuno, pergerakan populasi serta sejarah demografis."
Peneliti menggambarkan Besse sebagai "fosil genetik".
Urutan gen menunjukkan ia memiliki sejarah kuno unik yang tidak ada di gen manusia modern saat ini, atau bahkan di gen manusia kuno dulunya, ujar Brumm.
Sekitar separuh dari susunan gen Besse mirip dengan yang dimiliki suku Australia Asli saat ini dan orang-orang dari New Guinea serta kepulauan Pasifik Barat.
"Leluhurnya tampaknya menjadi bagian dari gelombang pergerakan manusia awal dari daratan Asai melalui kepulauan Wallacea menuju apa yang kita kenal sebagai Sahul saat ini, yang merupakan daratan gabungan dari Australia dan New Guinea di zaman es," ujar Brumm.