Kehidupan di Longyearbyen, terlepas dari fasilitasnya, tidak seperti di tempat lain di Bumi.
Sebagai permulaan, kota ini gelap gulita empat bulan dalam setahun dan terus terang selama empat bulan lagi.
Seperti banyak pemukiman di bagian dunia ini, Longyearbyen didirikan sebagai kota pertambangan, meskipun operasi penambangan telah dihapus dari daerah tersebut.
Sekarang, kota ini menjadi tempat penelitian ilmiah dan wisata petualangan.
Pada 1596, perusahaan asal Inggris, Denmark, Belanda, dan Prancis memperebutkan tempat ini karena kaya akan walrus (mamalia laut yang tersebar di Samudra Arktik) dan paus kepala busur.
Memasuki abad ke-20, Longyearbyen mulai berubah.
Di mana mulai dibangun jalur kereta api agar wisatawan bisa datang untuk berpetualang.
Walau begitu, warga di sana disarankan membawa senapan saat bepergian ke luar perbatasan kota. Sebab bisa saja Anda bertemu dengan beruang kutub.
Ya, dikatakan ada lebih dari 3.000 beruang kutub yang menghuni wilayah itu dan sering menimbulkan ancaman yang sangat nyata bagi populasi Longyearbyen.
Walau mereka tinggal di atas lapisan es, mereka kadang-kadang bisa menjelajah ke kota untuk mencari makanan.
Terkadang manusia bertemu dengan beruang berakhir dengan tragis.
Selain soal beruang kutub, warga juga harus menghadapi bencana alam.