Tak Banyak Orang Tahu, Lagu Indonesia Raya yang Kita Dengar Saat Ini Ternyata Tidak Sesuai Aslinya

Khaerunisa

Penulis

Lirik Lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman.

Intisari-Online.com - Tahukah kamu bahwa lagu 'Indonesia raya' yang kita dengar saat ini ternyata tidak sesuai aslinya?

Ada lirik lagu 'Indonesia Raya' yang mengalami perubahan dari versi pertamanya yang diciptakan Wage Rudolf Supratman.

Selain itu, lagu 'Indonesia Raya' yang sering kita nyanyikan, juga merupakan versi satu stanza atau bait.

Sementara lirik lagu yang diciptakan Wage Rudolf Supratman berisi 3 stanza.

Baca Juga: Terekam dengan Indah Selama 9 Tahun, Mimpi Besar Greysia Polii untuk Jadi Juara Dunia Ternyata Pernah 'Dipamerkan' Dalam Video Klip Sahabatnya Sendiri Ini

Wage Rudolf Supratman atau W.R. Supratman, pertama kali memperdengarkan lagu ciptaannya ini saat penutupan Kongres pemuda II, pada 28 Oktober 1928.

Kongres Pemuda II diadakan selama 2 hari, yaitu pada 27 Oktober - 28 Oktober 1928, bertempat di di gedung Jl. Kramat Raya 106 Batavia.

W.R. Supratman merupakan seorang jurnalis dari Surat Kabar Melayu Tionghoa, Sin Po, yang juga sangat menggemari musik.

Pada malam penutupan Kongres Pemuda itulah, dengan gesekan biolanya mengiringi sebarisan paduan suara, mengumandangkan lagu ciptaannya yang sata itu masih berjudul 'Indonesia'.

Baca Juga: Iran Siapkan Nuklir Israel Siapkan Armada Tempur, Inilah Rencana Gila Peperangan Iran vs Israel yang Diprediksi Makin Dekat

Selain judul lagu, bunyi asli kata 'Indonesia Raya, Merdeka... Merdeka..." pada refrainnya adalah 'Indonesia Raya, Mulia...Mulia..."

Dua bulan setelah pertama kali dkumandangkan, ode (lagu pujian perjuangan) tersebut menjadi amat populer, terutama dipelopori anggota Kepanduan Bangsa Indonesia, sebab dalam lirik ode tersebut ada kalimat “jadi pandu ibuku”.

Oleh Belanda, tahun 1930, lagu Indonesia Raja dilarang dinyanyikan di depan umum, karena karena dianggap mengganggu ketertiban dan keamanan.

Bahkan, W.R. Supratman diinterogasi dan ditanya mengapa memakai kata “Merdeka, Merdeka”.

Baca Juga: Ibu-ibu Se-Indonesia Salah Semua, Ternyata Panci Gosong Jangan Digosok, Cukup GunakanBumbu Dapur Ini, Dijamin Semua Panci Langsung Kinclong!

Dia menjawab kata-kata itu diubah pemuda lainnya, sebab lirik aslinya “moelia, moelia”.

Protes pun berdatangan, sampai volksraad turun tangan.

Akhirnya lagu 'Indonesia Raya' minus lirik “Merdeka, Merdeka” boleh dinyanyiakn, asal dalam ruangan tertutup!

Perubahan lirik pada refrain lagu 'Indonesia Raya' kembali terjadi pada masa penjajahan Jepang.

Baca Juga: Alami Beberapa Perubahan, Ini Naskah Proklamasi Autentik yang Ditandatangani Soekarno-Hatta

Pada tahun 1942, Jepang menduduk Indonesia.

Saat itu, lagu 'Indonesia Raya' juga segera dilarang dikumandangkan.

Walau sebelumnya, Jepang sempat mengudarakan lagu ini lewat Radio Jepang, untuk mengambil hati “saudara mudanya”.

Tapi, setelah merasa kedudukannya goyah, Jepang kemudian membentuk Panitia Lagu Kebangsaan pada tahun 1944.

Baca Juga: Alami Beberapa Perubahan, Ini Naskah Proklamasi Autentik yang Ditandatangani Soekarno-Hatta

Pada saat itu, naskah asli Supratman tahun 1928, diubah beberapa kata-katanya.

Perubahan cukup besar terjadi pada refrain lagu 1928: Indones’, Indones’ Moelia, Moelia Tanahkoe, negrikoe yang Koetjinta Indones’, Indones’ Moelia Moelia, Hidoeplah Indonesia Raja, menjadi: “Indonesia Raya, Merdeka Merdeka, Tanahku, Negriku yang Kucinta, Indonesia Raya, Merdeka Merdeka, Hiduplah Indonesia Raya” (dalam versi 1944).

Selain perubahan-perubahan tersebut, lagu 'Indonesia' asli yang kemudian dikenal berjudul 'Indonesia Raya' ini juga terdiri dari 3 stanza.

Sementara lagu 'Indonesia Raya' yang biasa dikumandangkan dalam upacara bendera dan yang banyak dikenal merupakan versi stanza satu. Berasal dari stanza atau bait pertama dan refrain yang diulang untuk dinyanyikan.

Baca Juga: Kisah James Hemings, Koki Kulit Hitam yang Jadi Budak Tapi Berhasil Lakukan Revolusi pada Masakan Amerika, Benarkah Akhir Hidupnya Karena Bunuh Diri?

Berikut lirik lagu 'Indonesia Raya' tiga stanza.

Stanza I

Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku, Di sanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan tanah airku, Marilah kita berseru, Indonesia bersatu.

Hiduplah tanahku, Hiduplah neg'riku, Bangsaku, rakyatku, semuanya, Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya, Untuk Indonesia Raya.

Stanza II

Indonesia, tanah yang mulia, Tanah kita yang kaya, Di sanalah aku berdiri, Untuk s'lama-lamanya.

Indonesia, tanah pusaka, P'saka kita semuanya, Marilah kita mendoa, Indonesia bahagia.

Suburlah tanahnya, Suburlah jiwanya, Bangsanya, rakyatnya, semuanya,

Sadarlah hatinya, Sadarlah budinya, Untuk Indonesia Raya.

Stanza III

Indonesia, tanah yang suci, Tanah kita yang sakti, Di sanalah aku berdiri, N'jaga ibu sejati.

Indonesia, tanah berseri, Tanah yang aku sayangi, Marilah kita berjanji, Indonesia abadi.

S'lamatlah rakyatnya, S'lamatlah putranya, Pulaunya, lautnya, semuanya, Majulah neg'rinya, Majulah pandunya, Untuk Indonesia Raya.

Refrain

Indonesia Raya, Merdeka, merdeka, Tanahku, neg'riku yang kucinta! Indonesia Raya, Merdeka, merdeka, Hiduplah Indonesia Raya.

Baca Juga: Kabar Gembira! Ternyata Vaksin Penyakit Musiman yang Hampir Diderita Manusia Seluruh Dunia Ini Bisa Mencegah Komplikasi Serius Covid-19, Begini Bunyinya!

Pencipta lagu ini, W.R Supratman, meninggal pada 17 Agustus 1938, dan jasadnya dikebumikan di Kenjeran, Surabaya.

Menjelang ujung umurnya, setelah menciptakan lagu Dari Barat Sampai ke Timur, Bendera Kita, Ibu Kita Kartini dan lainnya, Supratman pada 7 Agustus 1938 ditangkap Belanda di Surabaya.

Penangkapannya saat itu dilakukan karena lagunya Matahari Terbit dianggap mengandung “simpati” terhadap Kekaisaran Jepang.

Lagu itu pun dilarang diperdengarkan di muka umum. Tak lama kemudian, W.R. Supratman yang dinyatakan ekstrem ini wafat.

Baca Juga: Jika Punya Kondisi Ini Sebaiknya Hentikan Posisi Tidur Seperti Ini, Memang Menyehatkan Namun Efeknya Juga Bisa Lebih Buruk Daripada Manfaatnya

(*)

Artikel Terkait