Penulis
Intisari-Online.com - Ditengah pandemi Covid-19 di Indonesia yang juga sedang terlilit hutang, Akidi Tio, seorang pengusaha di Sumatera Selatan, menyumbang Rp 2 triliun.
Alih-alih kagum, Hamid Awaludin, mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia justru memberi peringatan.
Dalam opininya yang dimuat di Komas.com berujudul 'Akidi Tio, Rp 2 Triliun, dan Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat,' Hamid menganggap filantopis ini telah melecehkan akal sehat dan memarjinalkan tingkat penalaran para pejabat negeri ini.
Bahkan mungkin ini adalah cara memopulerkan diri dengan cara melecehkan akal waras para pejabat.
Bahkan dalam sejarah, Bung Karno dan rakyat Indonesia pernah kecele terhadap aksi dermawan bangsawan gadungan.
Waktu ituBung Karno mengundangraja dan ratu palsuke Istana Negara.
Bahkan ratunya kemudian diketahui merupakan seorang PSK.
Raja dan ratu bahkan berhasil menarik perhatian Presiden Soekarno.
Mereka adalah Idrus dan Markonah.
Keduanya mengaku sebagai raja dan ratu dari suku Anak Dalam di wilayah Lampung.
Sejarawan alumnus Universitas Pramadina Hendri F Isnaeni seperti dikutip dari Kompas tanggal 26 Februari 2017 mengatakan peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1950-an.
Saat itu, Soekarno mudah percaya karena "raja" dan "ratu" itu berniat menyumbang harta benda mereka untuk merebut Irian Barat dari kekuasaan Belanda.
Niat keduanya pun disorot sejumlah media massa.
Bahkan, keduanya juga diundang Presiden Soekarno ke Istana Merdeka.
“Raja Idrus dan Ratu Markonah mendapat liputan media massa besar-besaran."
"Mereka juga sempat diterima Presiden Soekarno di Istana,” ungkap Hendri.
Keceplosan bahasa Jawa
Penampilan Ratu Markonah juga tak kalah menarik perhatian.
Markonah yang menjabat sebagai permaisuri Raja Idrus selalu memakai kaca mata hitam saat tampil di hadapan publik.
Namun, tak butuh lama, identitas asli Raja Idrus dan Ratu Markonah pun terungkap.
Media massa mulai mengulik latar belakang tamu istimewa Bung Karno itu.
Setelah ditelusuri, ternyata mereka bukan raja dan ratu dari suku Anak Dalam.
Asal usul Ratu Markonah juga akhirnya terbongkar setelah dia secara tidak sengaja menggunakan bahasa Jawa.
Fakta yang diketahui kemudian, Idrus dan Markonah adalah warga biasa.
Idrus diketahui berprofesi sebagai tukang becak.
Sedangkan Markonah adalah pekerja seks komersial (PSK) asal Tegal, Jawa Tengah.
Baca Juga: Sejarah Hari Lahir Pancasila Tak Lepas dari Pidato Bung Karno
“Itu sempat diterima (Presiden Soekarno di Istana Negara)."
"Ketahuan oleh ajudan Presiden kalau Markonah memakai bahasa Jawa,” kata Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo saat dihubungiKompas.com, Rabu (29/1/2020).
Setelah kebohongan Idris dan Markonah terungkap, Bung Karno langsung jadi bulan-bulanan.
Ditangkap karena kasus penipuan dan pelacuran
Seakan tak jera, Raja Idrus terus menyebarkan informasi hoaks kepada masyarakat.
CatatanKompasedisi 9 Agustus 1968, Raja Idrus mengaku sebagai anggota Intel Kodam V Jaya dan anak buah petinggi TNI yakni Mayor Simbolon.
Idrus pun sempat memeras sejumlah pengusaha di Lampung sebelum akhirnya ditangkap polisi di Kotabumi, Lampung.
Tak berselang lama, Kompas edisi 21 Agustus 1968 juga mencatat Ratu Markonah juga ditangkap polisi atas kasus prostitusi di Pekalongan, Jawa Tengah.
Baca Juga: Menggalang Dana, Perjuangan Bung Karno untuk Kemerdekaan Palestina Tak Pernah Redup
Dia harus menjalani hukuman penjara selama tiga bulan.
Markonah disebut biasa beroperasi sebagai PSK di daerah Semarang, Pekalongan, dan Tegal.
Diakui Markonah bahwa dirinya telah bercerai dengan sang suami, ‘Raja’ Idrus.
Tepatnya sejak dirinya keluar dari penjara di Madiun atas kasus serupa.
Bahkan, Markonah juga kembali menceburkan diri sebagai PSK sejak bercerai dengan sang ‘Raja’.
(*)