Penulis
Intisari-Online.com - DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kasus virus corona tertinggi di Indonesia.
Akibatkasus virus corona tertinggi di Indonesia, kasus kematian juga melonjak tajam.
Di tengah duka warga atas pandemi virus coronam diduga adapraktik kartel kremasi.
Tarif kremasi yang meningkat itu menjadi sorotan kepolisian.
Ini semua berkat pengakuankorban yang diperas kartel kremasi.
Dilansir dari kompas.com pada Selasa (20/7/2021), informasi terkait kasus kartel kremasi viral melalui pesan berantai WhatsApp.
Dalampesanitu diberi judul 'Diperas Kartel Kremasi'.
KorbanMartin, warga Jakarta Barat, mengatakan bahwa ibunya meninggal dunia pada 12 Juli 2021.
LaluDinas Pemakaman membantu mencarikan krematorium untuk ibunda Martin.
Akan tetapi salah satu petugas dinas itu disebut memberi tawaran paket kremasi senilai Rp48,8 juta.
Tawaran petugas dinas itu langsung membuat Martin terkejut.
Pasalnya, enam minggu sebelumnya, kakak Martin meninggal dunia dan biaya kremasi tak sampai Rp10 juta.
Bahkan duaminggu setelahnya, besan dari kakak Martin dan anak perempuannya juga meninggal dunia akibat Covid-19.
Saat itu biaya yang dikeluarkan sebesar Rp24 juta per orang.
Martin bukan satu-satunya korban. Kenalan Martin juga diberikanpenawaran serupa dengan tarif Rp45 juta.
Tentu saja mereka menolaknya.
Alih-alih memakai tawaran kremasi itu, Martin mendapatkanlokasi kremasi di Cirebon.
Tarifnya hanya Rp 2,5 juta dan beberapa ratus ribu rupiah untuk biaya tambahan.
"Betapa nyamannya kartel ini 'merampok' keluarga yang berduka."
"Karena biaya peti dan biaya mobil jenazah (satu mobil dua jenazah) harusnya tidak sampai Rp10 juta," kata Martin dalam pesan tersebut.
Beberapa hari setelahnya, kenalan Martin lainnya dipatok tarif sebesar Rp80 juta untuk kremasi.
Hanya sajaRumah Duka Abadi di Jakarta Barat membantah telah menetapkan tarif kremasi jenazah sebesar Rp45 juta.
Rumah duka itu menyatakan tidak memiliki layanan kremasi jenazah.
"Bisnis kami itu ambulans, peti, dan rumah persemayaman. Tidak ada kremasi," kata Business Development Rumah Duka Abadi, Indra Paulus, Senin.
Ia menyampaikan bantahan itu terkait dengan kabar yang beredar di media sosial.
Di media sosial beredar foto nota pembayaran pelayanan Rumah Duka Abadi di Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Karena kartel kremasi semakin meresahkan warga di tengah pandemi virus corona, polisi akan menyelidiknya.
"Pasti akan kami selidiki. Segala yang meresahkan di masyarakat pasti kami selidiki," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat, Kompol Joko Dwi Harsono, Senin.
Joko punmengimbau warga yang ditawari kartel kremasi untuk segera melapor.
"Kami memerlukan informasi yang sekecil-kecilnya dan selengkapnya. Kami berharap korban mau hadir memberi informasi," ujar Joko.
Terakhir,Pemprov DKI pun berencana membangun krematorium untuk mengkremasi jenazah pasien Covid-19.