Adjuvant merupakan zat yang ditambahkan ke vaksin untuk merangsang respons kekebalan yang lebih kuat.
Vaksin mengandung banyak protein yang dapat ditanggapi oleh sistem kekebalan tubuh, merangsang produksi antibodi untuk melawan COVID-19.
Sinopharm sendiri lebih dulu diberikan persetujuan darurat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu pada Mei tahun ini, sedangkan Sinovac pada Juni .
Sementara itu, perbedaan kedua vaksin ini ada pada efikasi uji klinis dan efektivitas di dunia nyata yang dilaporkan.
Kemanjuran dalam Uji Klinis
Melansir artikel The Conversation (21/6/2021), yang ditulis peneliti Australia John Hart dan Fiona Russell, uji klinis menunjukkan kemanjuran Sinovac dalam mencegah infeksi simtomatik adalah 51% di Brasil, 67% di Chili, 65% di Indonesia, dan 84% di Turki.
Perbedaan hasil mungkin disebabkan oleh perbedaan varian yang beredar di setiap negara pada saat itu dan perbedaan populasi yang termasuk dalam penelitian.
Sementara itu, uji klinis kemanjuran Sinopharm dalam mencegah infeksi simtomatik adalah 78% di gabungan UEA, Bahrain, Mesir dan Yordania.
Kemudian, khasiat terhadap pasien rawat inap untuk Sinovac di Chili, Brazil dan Turki masing-masing adalah 85%, 100% dan 100%.