Penulis
Intisari-Online.com - SemenjakpandemiCovid-19 di Indonesia, selama hampir 2 tahun semua kegiatan dialihkan menjadi media virtual daring.
Terutama, kegiatan belajar dan mengajar anak sekolah.
Hal ini mengingat kasus Covid-19 menaik secara signifikan.
Pemerintah menyarankan kegiatan secara daring online dengan beradaptasi belajar dari rumah.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk membangun rutinitas yang sehat, baik fisik maupun mental.
Dalam situasi pandemi peranan pola asuh orangtua di masa pandemi sangat penting.
Karena, jika dilihat tingkat penggunaan gawai saat ini semakin mengkhawatirkan terlebih pada masa pandemi Covid-19 semua kegiatan dilakukan secara virtual.
Orangtua diharapkan mengetahui langkah-langkah tepat untuk menerapkan pola asuh di era digital, agar anak dan remaja terhindar dari kencanduan gawai serta terbentuk sikap dan mental yang baik didalam diri anak dan remaja.
Menurut, Meriyati, M.Psi, Psikologi, Clinical Psychologist & Hypnotherapist, RS Pondok Indah, Puri Indah dalam via Zoom webinar berjudul "Mental Anak dan Remaja Saat Pandemi," peranan komitmen orangtua sangat dibutuhkan untuk tekad melindungi anak- anak dari ancaman era digital, tanpa menghalangi potensi anak saat masa pandemi.
"Peran orangtuanya sangat penting terutama dalam memberikan contoh, mengatur jadwal atau kegiatan saat pandemi yang di ubah secara digital."
"Hal ini dibuat dengan aturan baru agar anak-anak tetap sehat fisik dan mental dengan baik," tegas Meriyanti di virtual zoom, pada Selasa (30/6/2021).
Meriyanti menjelaskan internet dan gawai bagaikan pisau bermata dua. Tergantung bagaimana kita menggunakannya.
Dia menambahka saat orangtua memberikan gawai bearti harus mengetahui dampak positif dan negatif penggunaan media digital terutama terhadap kesehatan mental untuk anak.
Mengingat kesehatan manusia bukan hanya secara fisik tetapi mental kejiwaan.
"Ya, kita harus mengetahui pakah kita dapat memanfaatkannya dengan tepat guna atau kita terhanyut di dalamnya," kata Meriyanti.
Meriyanti menegaskan ada dampak positif dari penggunaan sosial media melalui gawai untuk anak-anak.
Yaitu, anak akan melek akan informasi, mengetahui mempermudah interaksi, mempersingkat waktu dan menjadi alat rekreasi.
Tetapi, adapun dampak negatifnya sang anak menjadi tidak menjadi diri sendiri dan malas melakukan aktivitas.
"Saat pandemi ini kan semua menjadi media digital melalui gawai, biasanya anak menjadi malas keluar kamar."
"Mereka jadi membatasi diri untuk keluar rumah."
"Karena semua praktis bisa dilakukan secara online bahkan interaksipun juga, hal ini menjadi anak kurang produktif," jelas Psikolog Ini.
Meriyanti berpandangan pengaruh secara mental ada tekanan secara sosial terjadinya Cyber bullying terhadap anak dan gangguan mental lainnya.
"Pengaruhnya beragam dari anak mudah membuat seseorang dengan mudah mem-bullyorang lain, Adiksi game, internet, sosial media, kecanduan online shopping, gangguan pola makan, pola istirahat, gangguan kecemasan, ada rasa depresi, psikotik dan keluhaan fisik tanpa latar belakang, dll," tutup Meriyanti.
Pengaruh terhadap kesehatan mental memang tidak bisa dipungkiri, bahwa di masa pandemi ini keluarga dipaksa untuk melek tentang teknologi dan digital agar dapat mendampingi atau mengasuh anak di era digital.
Sebelumnya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak Republik Indonesia (PPPA RI) sudah mengeluarkan 3 (tiga) prinsip pengasuhan di era digital terutama saat situasi pandemi.
Salah satu prinsipnya adalah tentang keseimbangan yang berkaitan dengan pendampingan psikologis.