Penulis
Intisari-Online.com - Varian baru virus corona Delta yang sebelumnya disebut varian B.1.617.2 menunjukkan 60% lebih mudah menular daripada varian lain.
Sekarang, virus Corona Delta telah masuk ke Indonesia danbanyak ditemukan di DKI Jakarta, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Bangkalan.
Menurut data Kementerian Kesehatan, varian ini menyebabkan penularan Covid-19 terjadi secara lebih cepat.
Sementara itu, persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) mengakui bahwa saat ini rumah sakit-rumah sakit (RS) di Indonesia kewalahan menerima pasien Covid-19.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persi Lia G Partakusuma di acara Kesiapan RS pada Lonjakan Covid-19 Gelombang Kedua di Indonesia secara daring, Minggu (20/6/2021). "Sebetulnya rumah sakit itu menyediakan kapasitas untuk yang terpapar Covid-19."
"Tapi ada keterbatasan kami yaitu ada daerah-daerah yang fasilitas kesehatannya sedikit dan kasusnya banyak sehingga kami mulai kewalahan menerima pasien-pasien kasus Covid-19," kata Lia.
Lia mengatakan, jumlah RS di Tanah Air pada April 2021 ada sebanyak 3.039 dan yang terdaftar anggota Persi ada sebanyak 1.976 RS.
Dari jumlah tersebut, kata dia, terdapat 904 RS yang mendapat SK dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan pemerintah provinsi setempat yang menjadi RS rujukan Covid-19.
Meskipun demikian, saat ini terdapat lebih dari 2.000 RS yang mengirimkan klaim Covid-19.
Dari tren harian data rumah sakit dari Kemenkes, kata dia, terlihat ada angka kenaikan yang signifikan dari 15-19 Juni 2021.
Walaupun tampak sedikit, kata dia, tetapi kenaikan 8.000 hingga 12.000 kasus per hari harus dicermati.
"Kami menganggap ini sebagai lonjakan kedua dari masa saat Indonesia mengalami pandemi Covid-19," kata dia.
"Banyak informasi di masyarakat yang menyatakan rumah sakit sudah penuh seperti di Surabaya, Bandung, atau daerah lainnya melaporkan kepada kami sebetulnya sama, kapasitas rumah sakit sekarang ini makin menipis," lanjut Lia.
Berdasarkan data Kemenkes per 19 Juni, kata dia, ada beberapa provinsi yang sudah jelas menunjukan angka bed occupancy rate (BOR) atau tingkat ketersediaan tempat tidur di rumah sakit yang keterisiannya lebih dari 80 persen.
Antara lain di daerah zona merah seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Kemudian Banten, Jawa Tengah, dan Yogyakarta menunjukan tingkat ketersediaan BOR-nya 60-80 persen.
"Jadi kalau kita masuk lagi ke dalam kota/kabupaten ternyata banyak juga yang sudah memasuki zona merah atau BOR-nya berkisar antara 80-100 persen."
"Kita lihat di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, NTB, NTT, Maluku, Papua," kata Lia.
Lia mengatakan, secara umum kenaikan angka ketersedian BOR tersebut tinggi dan meningkat pelan-pelan.
Bahkan saat 13 Mei 2021 terdapat angka terendah dari kasus Covid-19, kata dia, namun saat ini angkanya kembali meningkat walaupun secara nasional belum memenuhi 81.174 bed yang disediakan pemerintah.
"Tetapi kapasitas ini terus terisi dan kami melihat di tiap provinsi datanya berbeda-beda."
"Bahkan di Jakarta dan sekitarnya pasien itu selalu mendatangi rumah sakit besar."
"Sedangkan rumah sakit kecil ini memang BOR-nya masih rendah karena pasien menuju rumah sakit besar," ucap dia.
Gejala Covid-19 akibat varian corona Delta
Dikutip dariNBC Miami(10/6/2021), gejala positif Covid-19 dari infeksi virus corona varian Delta dari India pada dasarnya mirip dengan gejala yang ditimbulkan oleh infeksi virus asalnya.
Hanya saja, pada infeksi varian Delta, gejala-gejala positif Covid-19 tersebut akan terjadi dengan lebih parah dan dinilai lebih sulit ditangani melalui penanganan medis.
Gejala positif Covid-19 akibat varian virus corona Delta sebagaimana disampaikan oleh profesor kedokteran darurat dan kesehatan internasional di Johns Hopkins Universiy, Dr. Bhakti Hansoti meliputi:
Lebih lanjut, seorang dokter penyakit menular di Apollo Hospital India, Abdul Ghafur, mengatakan prevalensi gangguan pencernaan sebagai gejala yang ditimbulkan oleh infeksi varian Delta lebih besar daripada gejala serupa yang disebabkan oleh strain virus asalnya.
Akan tetapi, ia menyebut masih dibutuhkan lebih banyak penelitian klinis untuk memastikan hal ini.
(*)