Find Us On Social Media :

Hanya Berjarak 1,5 Km dari Benteng Musuh, Inilah Shalat Jumat Termasyhur dan Termegah di Muka Bumi, Dipimpin Langsung Sang Penakluk Konstatinopel

By Ade S, Sabtu, 19 Juni 2021 | 16:38 WIB

Shalat jumat termegah sepanjang sejarah yang dilakukan pasukan Utsmani di bawah pimpinan Muhammad Al Fatih sebelum penaklukan Konstatinopel.

Intisari-Online.com - Salah satu kisah paling masyhur dari penaklukan konstatinopel adalah momen shalat Jumat yang dilakukan tepat sebelum penyerbuan terjadi.

Maklum, shalat Jumat yang dilakukan hanya 1,5 kilometer dari benteng Konstatinopel tersebut disebut-sebut sebagai yang termegah sepanjang sejarah.

Tidak hanya terkait dengan jumlah jamaah, luas area yang dijadikan shalat Jumat pun hingga kini belum pernah ada lagi yang 'menandingi'.

Bagaimana itu bisa terjadi? Simak kisah lengkapnya berikut ini.

Baca Juga: Sudah Diprediksi Nabi Muhammad, Begini Strategi Sultan Mehmed II Taklukkan Konstantinopel yang Dilindungi Benteng Lapis Tiga yang Sulit Ditembus dalam Waktu Hampir 50 Hari

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad).

Demikianlah sebuah hadist nabi yang 'menjanjikan' kepada umat Islam bahwa suatu waktu Konstatinopel akan jatuh ke tangan Muslim.

Namun, seiring waktu, 'janji' tersebut tidak serta merta dapat terwujud dengan mudahnya.

Hingga hadirnya seorang pemimpin berusia 21 tahun bernama Muhammad Al Fatih alias Mehmed II alias Mehmed Sang Penakluk.

Baca Juga: Kematiannya Disambut Bel Gereja Seantero Eropa, Inilah Muhammad Al-Fatih, Sang Penakluk Konstatinopel yang Kekuasaannya Sampai ke Bosnia

Julukan 'sang penakluk' benar-benar dirasa tepat untuk disematkan kepada Muhammad Al Fatih.

Sebab, di bawah kepemimpinannyalah kota penuh sejarah Konstatinopel dapat ditaklukan oleh umat Islam.

Upaya penaklukan Konstatinopel sendiri dimulai pada 6 April 1453 Masehi.

Kala itu, Muhammad Al Fatih bersama pasukan Utsmani datang dengan senjata-senjata raksasa seperti meriam Basilika.

Selain pasukan dan senjata, Al Fatih juga melibatkan tiga orang ahli perang yang merangkap sebagai penasihatnya.

Mereka adalah Syeh Aaq Syamsudin, Halil Pasha, dan Zaghanos Pasha.

Pertempuran tidak hanya berlangsung di darat, melainkan juga di laut bahkan bawah tanah.

Selama berminggu-minggu, pasukan Utsmani tak kunjung berhasil menaklukan Kosntatinopel, bahkan untuk sekadar menerobos benteng.

Baca Juga: Sultan Mehmed II Sang Penakluk: Seorang Jenius Intelektual di Antara Para Sultan Ottoman yang Tundukkan Konstantinopel dengan 20.000 Tentara dan Taktik Militer Cerdas

Namun, seperti dikutip dari buku Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah (2003) karya Ali Muhammad Ash-Shalabi, sebuah keputusan strategis akhirnya mengubah jalannya perang.

Setelah menerima saran dari para penasihatnya, Muhammad Al Fatih kemudian memindahkan kapal perangnya dengan jalur darat.

Tujuannya adalah menghindari rantai-rantai bawah laut yang dipasang oleh Byzantium Romawi.

Hasilnya? Dalam semalam 70 kapal berhasil menerobos selat Golden Horn dan menembus jantung pertahanan Kosntatinopel.

Hingga akhirnya, pada 29 Mei 1453, Muhammad Al Fatih secara resmi berhasil menaklukan seluruh Konstatinopel.

Shalat Jumat Termegah

Nah, di balik penaklukan Konstatinopel tersebut terdapat sebuah momen yang dianggap sangat menggetarkan bagi sebagian besar umat Islam.

Momen yang dimaksud adalah shalat jumat yang dilakukan oleh Muhammad Al Fatih beserta pasukannya.

Baca Juga: Mampu Semburkan Api, Senjata Kuno Abad ke-7 Ini dapat Membakar Air, Semenakjubkan Apa Kecanggihan yang Melampaui Zaman Ini?

Dalam buku berjudul "Fall of Constantinople" karya Roger Crowley terungkap bahwa Muhammad Al Fatih memang sengaja memilih hari Jumat sebagai hari penyerangan Konstatinopel.

Dengan lantunan doa berulang-ulang dari tokoh agama baik habib, ulama, maupun syekh, pasukan terus bergerak dari Edirne dan berhenti tepat 1,5 kilometer menjelang gerbang Konstatinopel.

Tujuannya, selain merapikan dan mengistirahatkan barisan, adalah untuk melakukan ibadah shalat Jumat.

Bisa jadi, saat itu tidak ada yang menyangka bahwa sejarah besar sudah tertulis saat itu, meski Konstatinopel belum ditaklukan.

Sebab, dengan jumlah pasukan Muslim yang mencapai lebih dari 80 ribu orang, maka shalat Jumat yang dilakukan saat itu menjadi yang terbesar sepanjang sejarah.

Bahkan, saking banyaknya jemaah yang hadir saat itu, panjang saf membentang hingga 4 kilometer dari Pantai Marmara hingga Selat Golden Horn di Utara.

Apa yang terjadi setelah shalat Jumat tersebut? Jelas sebuah sejarah Islam yang tidak kalah menterengnya dari 'rekor' jumlah jemaah shalat Jumat tersebut.

Baca Juga: Menyoal Kapan Berakhirnya Pandemi Covid-19, Mari Buka Sejarah Mengenai Bagaimana 5 Pandemi Terburuk dalam Sejarah Berakhir