Penulis
Intisari-Online.com -Salah satu kisah paling masyhur dari penaklukan konstatinopel adalah momen shalat Jumat yang dilakukan tepat sebelum penyerbuan terjadi.
Maklum, shalat Jumat yang dilakukan hanya 1,5 kilometer dari benteng Konstatinopel tersebut disebut-sebut sebagai yang termegah sepanjang sejarah.
Tidak hanya terkait dengan jumlah jamaah, luas area yang dijadikan shalat Jumat pun hingga kini belum pernah ada lagi yang 'menandingi'.
Bagaimana itu bisa terjadi? Simak kisah lengkapnya berikut ini.
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad).
Demikianlah sebuah hadist nabi yang 'menjanjikan' kepada umat Islam bahwa suatu waktu Konstatinopel akan jatuh ke tangan Muslim.
Namun, seiring waktu, 'janji' tersebut tidak serta merta dapat terwujud dengan mudahnya.
Hingga hadirnya seorang pemimpin berusia 21 tahun bernama Muhammad Al Fatih alias Mehmed II alias Mehmed Sang Penakluk.
Julukan 'sang penakluk' benar-benar dirasa tepat untuk disematkan kepadaMuhammad Al Fatih.
Sebab, di bawah kepemimpinannyalah kota penuh sejarah Konstatinopel dapat ditaklukan oleh umat Islam.
Upaya penaklukan Konstatinopel sendiri dimulai pada 6 April 1453 Masehi.
Kala itu,Muhammad Al Fatih bersama pasukan Utsmani datang dengan senjata-senjata raksasa seperti meriam Basilika.
Selain pasukan dan senjata, Al Fatih juga melibatkan tiga orang ahli perang yang merangkap sebagai penasihatnya.
Mereka adalahSyeh Aaq Syamsudin, Halil Pasha, dan Zaghanos Pasha.
Pertempuran tidak hanya berlangsung di darat, melainkan juga di laut bahkan bawah tanah.
Selama berminggu-minggu, pasukan Utsmani tak kunjung berhasil menaklukan Kosntatinopel, bahkan untuk sekadar menerobos benteng.
Namun, seperti dikutip dari bukuBangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah (2003) karya Ali Muhammad Ash-Shalabi, sebuah keputusan strategis akhirnya mengubah jalannya perang.
Setelah menerima saran dari para penasihatnya, Muhammad Al Fatih kemudian memindahkan kapal perangnya dengan jalur darat.
Tujuannya adalah menghindari rantai-rantai bawah laut yang dipasang oleh Byzantium Romawi.
Hasilnya? Dalam semalam 70 kapal berhasil menerobos selat Golden Horn dan menembus jantung pertahanan Kosntatinopel.
Hingga akhirnya, pada 29 Mei 1453,Muhammad Al Fatih secara resmi berhasil menaklukan seluruh Konstatinopel.
Shalat Jumat Termegah
Nah, di balik penaklukan Konstatinopel tersebut terdapatsebuah momen yang dianggap sangat menggetarkan bagi sebagian besar umat Islam.
Momen yang dimaksud adalah shalat jumat yang dilakukan oleh Muhammad Al Fatih beserta pasukannya.
Dalam buku berjudul "Fall of Constantinople" karyaRoger Crowley terungkap bahwa Muhammad Al Fatih memang sengaja memilih hari Jumat sebagai hari penyerangan Konstatinopel.
Dengan lantunan doa berulang-ulang dari tokoh agama baik habib, ulama, maupun syekh, pasukan terus bergerak dari Edirne dan berhenti tepat 1,5 kilometer menjelang gerbang Konstatinopel.
Tujuannya, selain merapikan dan mengistirahatkan barisan, adalah untuk melakukan ibadah shalat Jumat.
Bisa jadi, saat itu tidak ada yang menyangka bahwa sejarah besar sudah tertulis saat itu, meski Konstatinopel belum ditaklukan.
Sebab, dengan jumlah pasukan Muslim yang mencapai lebih dari 80 ribu orang, maka shalat Jumat yang dilakukan saat itu menjadi yang terbesar sepanjang sejarah.
Bahkan, saking banyaknya jemaah yang hadir saat itu, panjang saf membentang hingga 4 kilometer dari Pantai Marmara hingga Selat Golden Horn di Utara.
Apa yang terjadi setelah shalat Jumat tersebut? Jelas sebuah sejarah Islam yang tidak kalah menterengnya dari 'rekor' jumlah jemaah shalat Jumat tersebut.