Find Us On Social Media :

Gara-gara Sebatang Rokok, Rusak Bisnis Konglomerat Pengusaha Tionghoa Liem Sioe Liong dengan Ipar Soeharto, Liem: 'Saya Tersinggung'

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 11 Juni 2021 | 14:10 WIB

Liem dan Soeharto

“Om Liem yang mengemukakan kepada Pak Harto. Suasananya tidak bagus, saya juga tersinggung. Aturan-aturannya terlalu aristokratis,” ujar Sudwikatmono.

Ketika Liem meninggalkan Hanurata, sebagian staf senior juga memutuskan untuk tidak bertahan lagi di perusahaan.

Mereka mengajukann surat pengunduran diri ramai-ramai.

Widojo sadar dia tidak mampu menjalankan perusahaan sendirian.

Akhirnya ia menulis surat kepada Liem, menyatakan mengembalikan perusahaan.

Baca Juga: Kini PBB pun Dilawan, Siapa Sangka Sikap Arogan PM Israel Pernah Bikin Paspampres Indonesia Todongkan Pistol Langsung ke Kepalanya

Soeharto kemudian turun tangan untuk menyelamatkan perusahaan, dengan memasukkan saudara tirinya, Probosutedjo, dan sejumlah perwira TNI.

Beberapa tahun kemudian Soeharto menunjuk menantunya, Indra Rukmana (suami Mbak Tutut) menjadi anggota dewan direksi.

Namun, PT Hanurata tidak pernah menjadi cerita sukses.

Liem Sioe Liong dan Soeharto

Bagaimana mungkin seorang pengusaha Tionghoa di masa Orde Baru yang kental sentimen anti-Tionghoa mampu menjadi seorang taipan Indonesia terkaya di Asia Tenggara?

Di puncak kesuksesannya, sekitar tahun 1996, Liem Sioe Liong terlibat erat dengan kehidupan sehari-hari jutaan keluarga Indonesia.

Mulai dari bank (BCA), semen (Indocement), pengolahan tepung (Bogasari), hingga makanan (Indofood).

Baca Juga: Sejarah Hari Lahir Pancasila, Pidato Soekarno yang Dilucuti dari Asal-usulnya selama Kepemimpinan Presiden Soeharto di Masa Orde Baru

Bahkan, perusahaan mi instan miliknya telah mengalahkan sang produsen instan, Nissin Food.

Dekat dengan Soeharto Kesuksesan Liem tak dapat dilepaskan dari pertemanan dan patronasenya dengan Presiden RI saat itu, Soeharto.

Berkat perlindungan yang diberikan Soeharto, Liem mendapatkan perlakuan istimewa berbisnis di Indonesia.

Tentu saja, hal itu menuntut imbalan, yakni dalam bentuk saham dan sumbangan kepada yayasan-yayasan yang dinaungi Soeharto.

Perkenalan Liem dengan Soeharto dimulai saat Liem memasok kebutuhan tentara di bawah komando Soeharto.

Hal itu berlanjut saat Soeharto menjadi komandan divisi di Semarang tahun 1956, bahkan berkembang setelah Soeharto menjadi presiden.

Dengan perpaduan kerendahan hati dan keramahan, Liem menjaga pertemanan dengan Soeharto hingga masa tuanya.

(*)