Pada tahun-tahun awal itu, komunitas Yahudi hidup berkelimpahan.
Ada daerah yang dijuluki ‘Wina kecil’ yang dipenuhi oleh musisi emigran, pengusaha, dokter gigi, dan dokter umum.
Kafe dengan cepat melakukan perdagangan, dan semua festival biasa atau acara budaya lainnya yang terkait dengan budaya Yahudi bisa dilakukan di sini.
Shanghai, pada dekade itu, menjadi kota terbesar kelima di dunia dan telah menarik ribuan pengusaha dan pebisnis.
Tetapi itu tidak semua berjalan baik, masalah dimulai ketika terjadi pendudukan Jepang.
Pada tahun 1941, Shanghai jatuh ke tangan militer Jepang, sekutu rezim Nazi Jerman.
Di bawah perintah komando tinggi Nazi, komunitas Yahudi ditangkap dan dibatasi di Tilanqiao.
Ghetto ini, di jantung salah satu kota paling penting dan beragam di Tiongkok, dengan luas sekitar satu mil persegi, dibatasi oleh Jalan Zhoujiazui, Jalan Huimin, Jalang Tongbei, dan Jalan Gongping dengan Taman Houshan di jantungnya.
Tempat itu menampung lebih dari 15.000 orang Yahudi.