Penulis
Intisari-Online.com - Bersekutu dengan Amerika Serikat (AS), dilaporkan Israel menjual senjata ke China.
Hal itu langsung menjadi perbincangan karena hubunganAS dan China tidak pernah akur.
Lalu mendadak ada informasi bahwa Israel menyeludupkan senjata ke China. Benarkah hal itu?
Dilansir darimiddleeastmonitor.com pada Jumat (4/6/2021), intelijen Israel dilaporkan telah menangkap sedikitnya 20 pedagang senjata Israel pada bulan lalu.
Mereka semua ditangkap karena melakukan tindakan rahasia di mana 20 pedagang senjata Israel.
Di mana mereka diduga terlibat dalam upaya untuk mengendalikan penjualan senjata ke China agar tidak membahayakan hubungan Israel dengan Amerika Serikat.
Outlet media Israel melaporkan pada 11 Februari bahwa dinas keamanan negara itu, Shin Bet, mengumumkan telah membubarkan jaringan penyelundup senjata yang diam-diam menjual drone penyerang ke China.
Lebihdari 20 orang yang disebutkan dalam laporan dikatakan sebelumnya pernah bertugas di posisi militer Israel di mana mereka menangani pengembangan senjata dan intelijen sensitif.
Baca Juga: 74 Tahun yang Lalu, TNI Diresmikan Presiden Soekarno pada 3 Juni 1947
Beberapa yang lainnya juga diduga bekerja untuk Israel Aerospace Industries (IAI), produsen penerbangan utama negara itu.
Serta perusahaan Israel terkait lainnya di mana rudal diproduksi.
Laporan-laporan itu, yang merupakan salah satu skandal terbaru di sebagian besar industri senjata swasta Israel, dilaporkan berada di bawah sensor militer yang melarang mereka mengungkapkan informasi lebih lanjut tentang kasus tersebut.
Oleh karena itu, outlet menyebut lokasi penjualan senjata sebagai "negara Asia" alih-alih mengakui negara itu adalah China.
Fakta bahwa China adalah negara tujuan diungkapkan oleh penulis Richard Silverstein, langsung mengekspos masalah keamanan Israel.
Silverstone mengatakan kepada media yang berbasis di London Middle East Eye bahwa ini bukan industri senjata Israel yang pertama berurusan dengan China.
Tetapi salah satu dari banyak yang tampaknya mengkompromikan hubungannya dengan Washington.
"Ada banyak penjualan bermasalah serupa ke China di masa lalu, banyak di antaranya telah membuat marah AS."
"Israel memainkan permainan berbahaya dengan mengembangkan perdagangan dengan China sambil mencoba mempertahankan hubungan dekat dengan AS," katanya.
Baca Juga: Soal Duta PON XX Papua, Inilah 3 Pesohor Asli Papua yang Tak Kalah Cantik dari Nagita Slavina
Senjata yang dimaksud yang dijual ke China adalah apa yang disebut "drone bunuh diri".
Itumerupakan hibrida antara drone dan rudal, dan yang mampu melayang selama berjam-jam sebelum diarahkan ke sasaran untuk meledak.
Meskipun dikenal mahal dan tidak akurat, diperkirakan negara-negara seperti China menginginkannya.
Ini karena faktanya mereka dapat digunakan daripada mengirim tentara untuk melakukan misi bunuh diri atau pengeboman.
Contoh penggunaan drone bunuh diri itu adalah selama konflik antara Azerbaijan dan Armenia atas Nagorno-Karabakh tahun lalu.
Ketika itu militer Azerbaijan menggunakannya untuk melawan pasukan Armenia setelah membeli drone pada 2019.