Find Us On Social Media :

Tersohor Sebagai Pusat Penyebaran Islam, Faktanya Kini Makin Banyak Orang 'Murtad' di Wilayah Arab, Ternyata Ini yang Lebih Mereka Pilih

By Mentari DP, Senin, 31 Mei 2021 | 19:30 WIB

Umat Islam di wilayah Arab.

Pooyan Tamimi Arab, asisten profesor Studi Agama di Universitas Utrecht dan rekan penulis survei, melihat transisi ini, serta pencarian perubahan agama, sebagai konsekuensi logis dari sekularisasi Iran.

"Masyarakat Iran telah mengalami transformasi besar, seperti tingkat melek huruf telah meningkat secara spektakuler."

"Negara tersebut telah mengalami urbanisasi besar-besaran, perubahan ekonomi telah mempengaruhi struktur keluarga tradisional, tingkat penetrasi internet tumbuh menjadi sebanding dengan Uni Eropa dan tingkat kesuburan menurun," kata Tamimi Arab.

Dibandingkan dengan 99,5% angka sensus Syiah Iran, GAMAAN menemukan bahwa 78% peserta percaya pada Tuhan.

Tetapi hanya 32% yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Muslim Syiah.

Angka-angka menunjukkan bahwa 9% diidentifikasi sebagai ateis, 8% sebagai Zoroastrian, 7% sebagai spiritual, 6% sebagai agnostik, dan 5% sebagai Muslim Sunni.

Sementara sekitar 22% diidentifikasi dengan tidak satu pun dari agama-agama ini.

"Kami melihat peningkatan sekularisasi dan keragaman agama dan keyakinan," kata Tamimi Arab.

Akan tetapi, dari sudut pandangnya, faktor yang paling menentukan adalah keterikatan negara dan agama, yang menyebabkan penduduk membenci agama institusional bahkan ketika mayoritas masih percaya kepada Tuhan.

Seorang wanita di Kuwait juga secara tegas membedakan antara Islam sebagai agama dan Islam sebagai sebuah sistem.

"Saat remaja, saya tidak menemukan bukti peraturan pemerintah yang diklaim dalam Alquran."

Baca Juga: Dikenal Sebagai Kiblatnya Umat Muslim di Seluruh Dunia, Ternyata Ini yang Dilakukan Warga Arab Saudi Saat Perayaan Hari Raya Idul Fitri