Penundaan tersebut berarti bahwa Australia terus menarik keuntungan dari ladang gas dan minyak Bayu-Undan, yang sebelumnya telah dibagi 90-10 tetapi dikonfirmasi oleh perjanjian tersebut telah menjadi milik sepenuhnya Timor Leste.
Perkiraan bervariasi antara $ 350.000 (Rp5,2 miliar) dan $ 2,9 juta (Rp43,3 miliar) per minggu yang ditarik Australia dengan terus mengklaim 10% dari pendapatan ladang gas dan minyak Bayu-Undan.
Tak lama setelah tuduhan itu dilayangkan, Australia kembali memulai program pengeboran di ladang Bayu-Undan.
Melansir Offshore Engineer, Selasa (25/5/2021), perusahaan minyak dan gas Australia, Santos, telah memulai program pengeboran infill Tahap 3C di ladang Bayu-Undan, lepas pantai Timor-Leste.
Di bawah program pengeboran senilai $ 235 juta (sekitar Rp3,3 triliun), yang disetujui pada bulan Januari, Santos akan mengebor tiga sumur produksi dan akan mengembangkan cadangan gas alam dan cairan tambahan.
Program itu akan memperpanjang umur ladang serta produksi dari fasilitas lepas pantai dan kilang LNG Darwin.