Tetapi ada kekhawatiran bahwa setelah siswa menyelesaikan pendidikan dasar, mereka harus mendaftar di sekolah menengah di mana gurunya tidak bisa berbahasa Portugis.
“Ini akan menjadi masalah besar. Murid-murid ini tidak bisa bahasa Indonesia dan guru mereka tidak bisa bahasa Portugis,” kata Julio Thomas Pinto, yang mengajar di dua universitas di ibukota Timor Leste, Dili.
Kepala Institut Linguistik Nasional Timor Leste, Dr Geoffrey Hull, membela adopsi bahasa Portugis sebagai bahasa nasional.
“Siapapun yang tahu sedikit tentang sejarah Timor Lorosae tahu bahwa bahasa Portugis telah lama menjadi pusat identitas nasional,” katanya di situs web institut itu.
“Timor Leste membutuhkan bahasa Tetum dan Portugis untuk menjadi dirinya sendiri sepenuhnya,” katanya.
Tapi Silvino Pinto Cabral, dosen ekonomi di universitas nasional, tidak yakin.
“Kebijakan memaksakan bahasa asing ini tidak akan berhasil. Saya ragu dalam 50 tahun lagi pemerintah mampu membuat seluruh bangsa mahir berbahasa Portugis,” ujarnya.