Pantas Saja Dijuluki Anak Emasnya Amerika, Jarang Kecam Negeri Yahudi Tapi Amerika Langsung Mengutuk Serangan Militer Palestina ke Israel, dan Biarkan Israel Membalas Karena Alasan Ini

Afif Khoirul M

Penulis

Israel gunakan pesawat tempur cacat agar punya dalih jika ada korban jiwa dari pihak sipil?

Intisari-online.com - Bukan rahasia lagi jika Amerika merupakan negara yang amat dekat dengan Israel.

Bahkan negeri paman sam tersebut seolah gelap mata melihat apa yang terjadi di Timur Tengah.

Pada saat hampir seluruh dunia mengutuk tindakan keji Israel, Amerika justru membelanegeri Yahudi itu mati-matian.

Menurut 24h.com.vn, pada Kamis (13/5/21), Gedung Putih mengutuk serangan rudal yang dilakukan militer Palestina Hamas, terhadap Israel.

Baca Juga: Sedang Dibombardir Polisi Israel, Inilah Kubah Batu,Mahakarya Arsitektur Islam yang Dianggap Suci Bagi Umat Muslim dan Yahudi, Semua Gegara Fakta Ini

Amerika bahkan menyerukan untuk menurunkan ketegangan yang terjadi.

Sekretaris Gedung Putih, Jan Psaki mengatakan presiden Joe Biden diberitahu tentang perkembangan yang terjadi di Yerussalem dan jakur Gaza.

Video yang dirilis di mana Hamas menembakkan rudal ke Tel Aviv menjadi viral.

Akibatnya, Amerika kemudian mengutuk tindakan Hamas, dan berencana akan turun tangan mengatasi ketegangan Israel dan Palestina ini.

Baca Juga: Dikritik Pasca Komentari Konflik Israel dan Palestina, TernyataGal Gadot Pernah Jadi Pelatih Militer Israel, DiklaimJago Gunakan Beragam Senjata dan Bertarung Tangan Kosong

"Sejak minggu lalu, Presiden Joe Biden telah mengarahkan timnya untuk berinteraksi secara dekat dengan pejabat senior Israel dan Palestina dengan para pemimpin di Timur Tengah," kata Psaki.

Dia menyampaikan dengan pesan jelas dan konsisten tentang de-eskalasi dan itu adalah fokus utama Amerika.

Psaki mengatakan Amerika mengutuk serangan rudal oleh Gerakan Islam Hamas dan kelompok bersenjata lainnya termasuk serangan Yerussalem.

Namun, Psaki tak menampik bahwa Presiden Biden mendukung hak sah Israel untuk membela diri.

Menurut sekretaris pers Gedung Putih Psaki, pemerintahan Biden akan terus mengejar kondisi diplomatik dan mengurangi eskalasi ketegangan.

Sambil menegaskan kembali dukungan Biden untuk solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.

Sementara itu, fakta bahwa Biden belum mencalonkan duta besar untuk Israel dapat mempersulit tanggapan AS terhadap kekerasan baru-baru ini.

Baca Juga: Pantas Saja Israel Keteteran Dibuatnya, Inilah Pasukan Islam 'Al-Qassam' Penghancur Israel Memiliki 30.000 Prajurit dan Ribuan Rudal, Israel Sampai Tak Mampu Memusnahkannya

AS merespons ketika ketegangan di Yerusalem meningkat dengan cepat setelah Israel melancarkan serangan udara balasan sebagai tanggapan atas tembakan roket Hamas ke Yerusalem dan Israel selatan, menyebabkan korban, di mana korban termasuk anak-anak.

Kekerasan berlanjut selama berminggu-minggu, mendorong krisis dalam hubungan antara Israel dan Palestina.

Menurut The Hill, sebuah bangunan 13 lantai di Jalur Gaza runtuh pada malam 11 Mei saat serangan udara Israel.

Hamas terus membalas dengan menargetkan Tel Aviv dengan puluhan roket pada malam hari yang sama ketika serangan tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.

Video yang disiarkan menunjukkan langit di Tel Aviv bersinar ketika rudal mencegat brankas dari menyerang lokasi tertentu di Israel.

Insiden 11 Mei itu menyebabkan sekitar 20 warga Palestina dan 2 warga Israel tewas.

Tor Wennesland, koordinator khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk proses perdamaian Timur Tengah, mendesak para pihak untuk menyebarkan rekaman kekerasan di Twitter.

Baca Juga: Catatan Alkitab Tentang Tambang Terkenal Raja Solomon dan Komflik Militer Raja Daud Ditemukan di Israel, Ada Juga Bukti Perdagangan Jarak Jauh

Ia juga memperingatkan bahwa situasinya meningkat menjadi perang skala penuh.

Sementara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan para pejuang Jalur Gaza akan membayar "harga tinggi" setelah serangkaian rudal ditujukan ke Tel Aviv.

Sebagai tanggapan, Hamas mengumumkan akan bereaksi terhadap serangan udara berikutnya.

Sebelum perkembangan mencekam, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan bertemu pada 12 Mei untuk membahas situasi kekerasan di kawasan tersebut.

Artikel Terkait