Bikin Kesepakatan Baru dengan Timor Leste, AS Dicurigai Berniat Bangun Pangkalan Militer di Bumi Lorosae, Amerika Cepat-cepat Mengelak dan Katakan Hal Ini

Tatik Ariyani

Penulis

Pesawat Cessna yang akan disediakan AS untuk Timor Leste dalm kesepakatan terbaru

Intisari-Online.com -Amerika Serikat membuat sebuah kesepakatan baru dengan Timor Leste.

Duta Besar Amerika Serikat di Dili yakin akan kesepakatan segera dengan Timor Leste untuk penyediaan sebuah pesawat.

Pesawat tersebut nantinya akan beroperasi dari Baucau untuk memantau perairan negara itu.

“Saya optimis dan saya kira kita hampir mencapai dokumen akhir sehingga bisa masuk ke Kabinet dan kemudian kita bisa menandatanganinya dan memulai persiapan,” kata Kevin Blackstone, dalam wawancara dengan Lusa.

Baca Juga: Kini Jor-joran Bantu Timor Leste Seakan Saudara Kandung, Australia Dulunya Ternyata Dukung Mati-matian Pencaplokan Indonesia ke Bumi Lorosae, Pengaruh Kuat Soeharto di ASEAN Ini Sebabnya

Melansir Macau Business, Selasa (11/5/2021), proyek ini menyediakan pesawat Cessna, untuk pengawasan maritim, kendaraan darurat dan beberapa perbaikan ringan pada infrastruktur bandara Baucau, kota kedua di negara itu, yaitu pembangunan pagar pembatas dan gedung penyimpanan.

Proyek ini telah direncanakan sejak 2018, ketika kontak pertama tentang inisiatif yang dibuat antara Timor Leste dan kedutaan besar di Dili.

Namun, hal itu menimbulkan kontroversi, dengan beberapa kritikus mengatakan itu adalah upaya AS untuk mendirikan sebuah pangkalan di Baucau.

Baca Juga: Meski Sudah Jadi Negara Berdaulat Sendiri dan Banyak Pengaruh dari Portugis, Budaya Timor Leste Ada yang Unik dan Menarik yang Dilakukan Ketika Masuki Usia Remaja

Blackstone dengan jelas menepis kontroversi tersebut, bersikeras bahwa Washington tidak memiliki rencana untuk membangun pangkalan militer di Timor Leste.

Ia juga mengatakan bahwa proyek ini diminta oleh pemerintah Timor Leste dan akan dikelola sepenuhnya oleh negara tersebut.

“Tidak ada rencana untuk pangkalan permanen AS atau instalasi atau kehadiran di Baucau. Ini hanya tawaran dukungan, atas permintaan Pemerintah Timor Leste, yang dilakukan pada 2018,” tegasnya.

“Proyeknya sebenarnya adalah pagar parimeter, gedung penyimpanan, kendaraan darurat, dan Cessna untuk mengumpulkan video dan gambar kawasan maritim,” ucapnya.

Dengan nilai total 10,7 juta dolar (Rp152 miliar), proyek dukungan juga mencakup pemeliharaan dan bantuan selama beberapa tahun, termasuk pelatihan pilot.

Diplomat tersebut mengakui bahwa prosesnya memakan waktu lama, tetapi menyatakan keyakinannya pada kesepakatan, setelah pertemuan baru-baru ini dengan wakil perdana menteri, José Reis, yang diberi mandat untuk memimpin perundingan.

Dalam pertemuan tersebut, kata Blackstone, Timor Leste “juga meminta agar AS memajukan dan mengembangkan sektor penerbangan sipil”.

Baca Juga: Walau Kepepet, JanganPernah Menukar Uang Baru di Pinggir Jalan,Petugas Bank Indonesia Bongkar Alasan Utamanya

“Bantuan yang kami tawarkan memungkinkan orang Timor untuk membuat bandara penggunaan ganda, sipil dan militer karena pasukan pertahanan (F-FDTL) sudah ada di Baucau,” katanya.

Selama pertemuan dengan pihak berwenang Timor dalam beberapa pekan terakhir, Blackstone mengatakan bahwa negaranya bersedia untuk memberikan dukungan lain yang mungkin diperlukan, misalnya, jika negara tersebut memutuskan untuk membuat bandara komersial di Baucau.

“Ide yang kami miliki di Washington adalah menyediakan penerangan untuk landasan pacu, yang digerakkan oleh energi matahari. Atau bahkan infrastruktur agar Pemerintah, Perlindungan Sipil, dapat memiliki struktur tempat penyimpanan bantuan kemanusiaan atau sebagai tanggap bencana alam dan di mana mereka dapat memiliki bahan darurat,” ujarnya.

Pada tanggal 30 Januari 2019, di Dewan Menteri, Pemerintah menyetujui rancangan pembahasan “mengenai dimulainya perundingan dengan Pemerintah Amerika Serikat untuk pembangunan bandara Baucau,” 127 kilometer sebelah timur Dili.

“Bandara ini memungkinkan perpanjangan landasan pacu yang jauh lebih besar dari bandara Díli dan merupakan salah satu bandara dengan potensi terbesar di negara ini, karena lokasinya yang istimewa,” jelas pemerintah.

Proposal itu "bertujuan untuk mengesahkan dimulainya negosiasi tentang syarat-syarat perjanjian yang diperlukan untuk proyek kerja sama yang bertujuan merehabilitasi dan mengembangkan bandara Baucau," tambahnya.

Pada November 2020, masalah tersebut kembali ke Dewan Menteri, dengan mandat pemerintah, kali ini, wakil perdana menteri, José Reis, untuk bernegosiasi dan menandatangani proyek tersebut.

Artikel Terkait