Penulis
Intisari-Online.com - Setelah dua warga Palestina ditangkap dan sepuluh orang terluka dalam bentrokan di Yerusalem Timur pada Senin malam, kelompok Hamas di Gaza mengeluarkan ancaman pada Israel.
Demostrasi dilakukan aktivis dan penduduk Palestina yang memprotes penggusuran beberapa keluarga Palestina untuk kaum Yahudi sayap kanan.
Pada Selasa, kepala sayap bersenjata Hamas, Mohammed Deif, mengeluarkan pernyataan bahwa Hamas
memperingatkan Israel akan membayar "harga mahal" jika penggusuran terus berlanjut.
Baca Juga: Ancaman Hamas pada Israel Masih Nyaring Terdengar, Israel Malah Kembali Tembak Mati Remaja Palestina
“Saya memberi hormat kepada orang-orang Palestina yang teguh pada Sheikh Jarrah di Yerusalem yang diduduki, Pimpinan perlawanan dan al-Qassam mengawasi dengan cermat apa yang terjadi di lingkungan sekitar,” kata Deif.
“Ini adalah peringatan terakhir kami, Jika agresi terhadap orang-orang kami di lingkungan Syekh Jarrah tidak segera berhenti, kami tidak akan berpangku tangan dan pendudukan akan membayar harga yang mahal,” dia memperingatkan.
Tak lama setelah ancaman itu, seorang warga Palestina dilaporkan dibunuh oleh pasukan Israel.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, Said Odeh, remaja berusia 16 tahun itu tewas dalam bentrokan dengan IDF pada Rabu malam.
Kementerian kesehatan Palestina mengatakan bahwa remaja lainnya juga mengalami luka ringan dalam bentrokan itu dan dia dirawat di rumah sakit Nablus karena luka tembak di punggung.
IDF mengatakan bahwa pasukannya membalas tembakan setelah dia melemparkan bom molotov ke arah mereka ketika mereka sedang melakukan operasi di dekat desa Beita, Tepi Barat bagian utara.
Warga Palestina memang tak akan pernah menyerah menghadapi Israel yang telah merampas hak-hak mereka. Mereka akan melakukan apapun meskipun nyawa sebagai taruhannya.
Dalam menghadapi pasukan Israel, warga Palestina punya senjata efektif penyebab teror.
Tak disangka bahwa senjata yang dimaksud itu adalah layang-layang.
Layang-layang ini merupakan teknologi sederhana yang diciptakan secara spontan.
Pada satu kesempatan, Shadi, salah satu dari lima remaja Palestina yang membuat layang-layang dengan mengenakan topeng Vendetta berkata:
"Kami tidak pernah berpikir hasilnya akan sebaik itu, ide dan alatnya begitu sederhana namun mampu membuat kerusakan."
Dia menjelaskan bahwa layang-layang dibuat dari plastik transparan agar tidak terdeteksi oleh radar atau penglihatan di langit.
Kemudian layang-layang dilengkapi dengan ujung gulungan kain yang dicelupkan ke dalam solar dan minyak pelumas yang menyala.
Itu akan segera membakar lahan Israel ketika mendarat.
Memang tidak ada yang terluka karena kebakaran yang disebabkan layang-layang api ini.
Namun kerusakannya mampu membakar 910 hektar ladang dan cagar alam Israel.
Menteri Keamanan Publik Israel Gilad Erdan mengatakan bahwa Israel harus kerahkan penembak jitu untuk merampungkan perkara layang-layang itu.
"Saya mengharapkan IDF (tentara Israel) untuk menangani selebaran layang-layang ini persis seperti mereka menghadapi teroris," ungkapnya.
Layang-layang plastik sederhana yang kini menjadi bagian perjuangan Palestina ini telah menjadi bagian dari perjuangan warga.
Bahkan, Israel telah memasang drone pengintai dilengkapi dengan pancing atau bilah untuk merobek serangan layang-layang.
Namun, Gilad Erdan mengakui langkah-langkah itu terbatas, sehingga Israel juga harus menggunakan tembakan untuk mengatasi layang-layang itu.
"Kami mungkin akan berakhir harus menembak selebaran layang-layang juga."
Jason Greenblatt, utusan mantan Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah bahkan berpendapat bahwa serangan layang-layang menimbulkan ancaman serius bagi Komunitas Israel.