Find Us On Social Media :

Padahal Negaranya Juga Kesusahan, Tapi Presidennya Tetap Bantu Negara Tetangganya Ini dari Kelaparan hingga Perang Saudara, Alasan di Baliknya Sungguh Mengharukan

By Mentari DP, Rabu, 5 Mei 2021 | 08:30 WIB

Bendera Kyrgyzstan.

Tetapi mereka gagal mencapai kompromi tentang pembagian kekuasaan - sebuah masalah yang menjadi penghalang pembicaraan selama bertahun-tahun.

Terobosan nyata terjadi di Bishkek, Kyrgyzstan, ketika pemerintah Tajik dan UTO setuju untuk bertemu untuk putaran baru pembicaraan pada tahun 1997 di bawah mediasi Akayev.

Ini karena Presiden Kyrgyzstan pertama itu mengatakan para pemimpin UTO selalu mendengarkan nasihatnya.

Tapi sekali lagi, pembicaraan itu segera menemui jalan buntu.

Namun Akayev tidak menyerah. Beberapa hari setelahnya dia yakin bisa membujuk para pemimpin UTO untuk berdamai.

Kehebatan diplomatis Akayev akhirnya sukses besar.

Hanya berselang 5 hari setelah pembicaraan sempat buntuk, kedua belah pihak menyusun semua rincian pembagian kekuasaan untuk pemerintahan di masa depan dan menandatangani nota "Tentang masalah politik" pada 18 Mei, kata Akayev.

Hingga pada bulan Juni tahun yang sama di Moskow, pemerintah Tajik dan oposisi UTO akhirnya menandatangani perjanjian damai yang mengakhiri perseteruan berdarah tersebut.

Tak sampai disitu, selama bertahun-tahun, mulai dari 1992 dan 1997, Kyrgyzstan telah mengirimkan karavan dengan makanan dan kebutuhan pokok lainnya ke Tajikistan meski sebenarnya mereka juga mengalami kekurangan bahan makanan.

Bahkan Kyrgyzstan memasok listrik ke Tajik dan menerima orang-orang Tajik, yang telah melarikan diri dari kengerian perang saudara.

Itu karena Akayev percaya warga Kyrgyzstan dan Tajikistan masihlah saudara walau Uni Soviet telah runtuh.

Baca Juga: Bagikan Donasi Hampir Rp2 Miliar untuk 5 Negara Islam, Mesut Ozil Secara Khusus Kirim Ini untuk Umat Muslim Indonesia