Penulis
Intisari-Online.com - Sudah berpuluh-puluh tahun Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) mengacau di Papua.
Akibatnya aparat keamanan yang terdiri dari TNI hingga Polri berjibaku menahan serangan sambil menyelamatkan warga Indonesia.
Walau begitu, KKB berbeda dengan pemberontakan-pemberontakan lainnya yang pernah terjadi di Iran Barat.
Salah satunya pemberontakan terbesar pada saat itu yangdipimpin oleh Lodewijk Mandatjan yang berlokasi di Kepala Burung Irian.
Berbeda dengan KKB, motifpemberontakan Lodewijk Mandatjan bukan semata-mata ingin memisahkan diri dengan Indonesia.
Sebab, dia juga bukan bagian dari OPM.
Saat itu, pemberontakanMandatjan disebabkan olehburuknya keadaan ekonomi pada awal Irian Barat bergabung dengan Indonesia.
Tentu saja kini kondisi itu berubah di mana keadaan ekonomi Papua sudah baik.
Kekecewaan pejuang Trikora itu lantas didengarBrigjen TNI Sarwo Edhie Wibowo yang saat itu menjabat sebagai Pangdam XVII/Cenderawasih.
Dia pun punya ide untuk meredam pemberontakan Mandatjan.
"Kalau pemberontak kita pukul terus menerus, mereka pasti hancur."
"Tetapi mereka adalah saudara-saudara kita."
"Baiklah kita pukul, kemudian kita panggil agar mereka kembali ke pangkuan ibu pertiwi," ujar Sarwo Edhie seperti dikutip dari Sintong Panjaitan : Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.
Ada dua poin utama untuk menyelesaikan pemberontakan. Yaituoperasi tempur dan non-tempur.
Intinya Sarwo inginmenghindari pertumpahan darah.
Bahkan AURI menyebarkanpamflet dari udara dari udara yang berisikan seruan agar para pemberontakan kembali ke pangkuan Indonesia.
Tak sampai disitu,Mayor TNI Heru Sisnodo dan Serma Udara John Saleky dari PGT AURIdikirim untuk menemui Lodewijk Mandatjan.
Karena beritikad baik, kedua orang itu tidak membawa senjata danmereka berhasil bertemu Lodewijk Mandatjan.
Heru kemudian memulai percakapan, "Paitua (bapak) tidak usah takut. Saya anggota RPKAD. Komandan RPKAD yang ada di sini, anak buah saya. Dia takut sama saya."
"Kalau Paitua turun dari hutan, nanti RPKAD yang akan melindungi Paitua," tambah Heru Sisnodo meyakinkan Mandatjan.
Ucapan Heru membuatLodewijk Mandatjan dan para pengikutnya setuju untuk mengakhiripemberontakannya kepada Indonesia.