Kondisinya Terlalu Parah, Babak Belur Dihajar Covid-19, Negara-Negara Barat Sampai Rela Melanggar Aturan Ini Hanya Demi Menyelamatkan India dari Krisis Covid-19

Afif Khoirul M

Penulis

India menghadapi krisi kesehatan terparah akibat Covid-19.

Intisari-online.com - India kini tengah menjadi negara yang paling disorot dunia, karena situasinya yang genting akibat Covid-19.

Lonjakan besar terjadi di negara tersebut sampai membuatnya dalam krisis Covid-19 terburuk di dunia saat ini.

Hal inipun membuat beberapa negara merasa prihatin dengan situasi yang dialami India.

Krisis kesehatan yang parah membuat beberapa negara sampai hati nekat melanggar larangan demi membantu India.

Baca Juga: KRI Nanggala-402 Tenggelam di Kedalaman 838 Meter, Rupanya Beginilah Bahayanya Jika Nekat Menyelam hingga Kedalaman 800 Meter di Laut Indonesia, Bukan Hewan Laut tapi Hal ini yang Paling Berbahaya

Menurut 24h.com.vn,Minggu(25/4/21), Kantor berita ANI menyatakan, AS setuju untuk memberikan bahan mentah produksi vaksin Covid-19.

Padahal di masa lalu Amerika sempat melarang ekspor bahan mentah ini dengan alasan perhatian masyarakat AS harus diutamakan.

Bahkan tak hanya AS, negara lain seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan Uni Eropa (UE), berencana memasok oksigen, ventilator, dan alat pelindung.

Hal ini karena mereka prihatin dengan situasi India yang parah dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Pantas Amat Diwaspadai, Jika Berhasil Proyek Senjata Rusia Ini Akan Membuatnya Memiliki Senjata Angkatan Laut Terkuat di Dunia, Seperti Apa Wujudnya?

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menelepon mitranya dari India Ajit Doval, menawarkan untuk mengirim sumber daya dan pasokan ke Indian Serum Institute (SII) untuk meningkatkan produksi vaksin melawan Covid-19.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Emily Horne menyatakan.

"Sama seperti India mendukung AS ketika rumah sakit kami berada di bawah tekanan selama wabah Covid-19 pertama, Amerika Serikat bertekad untuk membantu. Bantuan India pada saat dibutuhkan," katanya.

AS sebelumnya sudah menyatakan minatnya untuk memasok bahan baku ke SII meski melarang ekspor bahan baku vaksin mentah untuk menjaga kesehatan Amerika dulu.

Menteri Luar Negeri India S Jaishankar juga menyebutkan masalah ini dalam pembicaraan dengan mitranya dari AS Antony Blinken baru-baru ini.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada 25 April mengumumkan bahwa peralatan medis penting, termasuk ratusan generator oksigen dan ventilator, sedang dikirim dari Inggris ke India.

Baca Juga: Saking Parahnya Kondisi Covid-19 di India, Orang Super Kaya di India Sampai Pilih Kabur Dari Negaranya Menggunakan Pesawat Pribadi Menuju Negara Ini

Pengiriman diharapkan tiba pada 27 April. Johnson baru-baru ini membatalkan kunjungannya ke India karena peningkatan jumlah kasus Covid-19.

Kanselir Jerman Angela Merkel juga mengumumkan dukungannya untuk India.

Merkel mengatakan pada 25 April bahwa Berlin akan memberikan bantuan darurat ke New Delhi.

"Saya ingin mengungkapkan simpati saya atas penderitaan yang ditimbulkan Covid-19 pada komunitas Anda lagi," katanya.

Komisi Eropa (EC) mengaktifkan Mekanisme Perlindungan Sipil UE, dan berusaha mengirim oksigen dan obat-obatan ke India setelah menerima permintaan dari New Delhi.

"Peringatan tentang situasi epidemi di India. Kami siap membantu" Presiden EC Ursula von der Leyen menulis di Twitter pada 25-4.

Sebelumnya, Perdana Menteri Australia Scott Morrison juga menyampaikan solidaritasnya dengan India.

Baca Juga: Sempat Bangga Vaksinasi Besar-besaran Warganya dalam Waktu Singkat, Negara Ini Kini Justru Kewalahan Kasus Covid-19 Makin Melonjak, Ratusan Warganya 'Kabur' ke Indonesia

Menurut AP, India mencatat jumlah kasus baru Covid-19 meningkat drastis dalam beberapa hari terakhir.

Rumah sakit di ibu kota New Delhi dan di seluruh negeri harus menolak menerima pasien karena kekurangan oksigen dan tempat tidur.

India mencatat 349.391 kasus Covid-19 dan 2.767 kematian baru pada 25 April, menetapkan rekor global. Statistik situs worldometers.info negara ini memiliki 17.306.300 kasus Covid-19, 195.116 kematian dan 14.296.640 kasus pulih.

Artikel Terkait