Find Us On Social Media :

Lupakan Soal Perang, Perubahan Alam di Kutub Ini Dianggap Lebih Berbahaya dan Bisa Memusnahkan Banyak Negara Jika Terus Terjadi, Diprediksi 40 Persen Populasi Dunai Bisa Musnah

By Afif Khoirul M, Jumat, 23 April 2021 | 06:45 WIB

(Ilustrasi) lapisan es di kutub mencair, menurut prediksi, ini yang akan terjadi pada 6 wilayah di Indonesia

Intisari-online.com - Saat ini mungkin dunia sedang dilanda kepanikan tentang ancaman Perang Dunia III.

Negara-negara pemegang senjata nuklir di dunia, banyak yang mulai unjuk gigi, dan melakukan tindakan provokatif.

Misalnya Korea Utara yang terus melakukan uji coba senjata nuklir, China yang melakukan konfrontasi dengan AS di Laut China Selatan.

Serta ancaman yang tak kalah mengerikan dari Rusia yang berniat melakukan invasi ke Ukrainan.

Baca Juga: Tak Cukup Kerahkan Kapal Selam Nuklir ke Kutub Utara, Korea Utara Juga Kerahkan Pesawat Tempur ke Wilayah ES Ternyata Inilah Misinya

Meski demikian, ternyata bukan hanya perang yang dianggap membahayan, tetapi situasi di kutub ini juga diyakini bisa berbahaya.

Menukil 24h.com.vn pada Kamis (22//4/21), seorang ahli mengatakan, pada suatu saat 40% populasi dunia akan terpengaruh secara langsung.

Hal itu bahkan bisa menyebabkan populasi dunia kehilangan tempat tinggal mereka.

Diungkapkan dalam wawancara dengan situs sains Inverse, pakar sains Bumi Mathieu Morlighem.

Baca Juga: Tanpa Sepengetahuan Dunia, Rusia Terdeteksi Kerahkan 3 Kapal Selam Nuklirnya Menuju Kutub Utara, Apa yang Mereka Rencanakan?

Ia berbicara tentang bagaimana Bumi berubah karena perubahan iklim.

Kabar buruknya, sekitar 40% populasi dunia, yang tinggal di kawasan pesisir, akan terpengaruh langsung oleh kenaikan permukaan air laut.

"Banyak negara akan lenyap. Beberapa pulau di Pasifik bernasib sama," katanya.

"Siapa yang akan menerima orang-orang ini? Mereka membutuhkan akomodasi dan pengembangan budayanya sendiri," imbuh Morlighem.

Saat lautan "merayap" ke daratan, air asin akan mengganggu dan mencemari beberapa cadangan air tawar.

Ini menyebabkan lebih banyak masalah bagi umat manusia untuk pindah ke lepas pantai. 

Baca Juga: Sudah Mahal-mahal Dilatih Agar Bisa Bertempur di Gurun Maupun Kutub, Pasukan Khusus Jerman KSK Malah Dibubarkan Gara-gara Hal Ini

Morlighem juga menyebutkan Arus Teluk arus laut hangat raksasa yang mengalir dari Karibia ke Kutub Utara.

Jika terlalu banyak air tawar di Kutub Utara, Arus Teluk akan mengalami dampak negatif dan itu adalah berita buruk bagi Eropa.

"Eropa akan sangat dingin kemudian. Suhu akan turun drastis dan bisa mengarah ke periode seperti miniatur Zaman Es," prediksi pakar ilmu bumi.

Menurut Morlighem, satu hari bisa jadi jauh lebih dingin dan mungkin lebih lama.

Efek penting lainnya adalah jika es kutub terus mencair, pergerakan di sekitar poros bumi akan terpengaruh.

Akibatnya, satu hari akan lebih lama dari 24 jam.

Baca Juga: Tak Cukup Hanya Kuasai Laut China Selatan, China Ternyata Sangat Ingin Menguasai Kutub Utara, Hal Inilah yang Membuat China Begitu Tergiur Ingin Kuasai Kutub Utara

Es batu berukuran besar berada sangat dekat dengan 2 kutub bumi.

Jika mencair, jumlah air di kutub bumi akan lebih banyak.

"Sementara itu, planet kita akan berputar dengan kecepatan yang lebih lambat, menghasilkan hari yang lebih lama dari biasanya, "kata Morlighem.

Suhu turun tajam, hari lebih panjang dan banyak negara dilanda air laut, yang terdengar seperti prospek "akhir dunia".

Tapi kabar baiknya adalah dibutuhkan "jutaan tahun" agar lapisan es benar-benar mencair.

"Dunia tidak akan berakhir pada 2021," kata Morlighem.