Penulis
Intisari-online.com -Ketegangan antara dua negara tetangga di Asia telah terus meningkat.
Hal ini dimulai sejak lebih dari 200 kapal China berlabuh sendiri di perairan dekat dengan Karang Whitsun minggu lalu.
Karang itu dinamakan oleh Manila dengan nama Karang Julian, dan merupakan bagian dari kepulauan Spratly.
Baik China dan Filipina mengklaim karang itu sebagai wilayah mereka.
Manila sendiri bersikeras jika karang tersebut masuk ke zona ekonomi eksklusif mereka.
Beijing mengatakan kapal tersebut milik nelayan yang mencari perlindungan dekat karang akibat cuaca buruk dan badai hebat.
Namun, pemerintah Filipina mengatakan kapal-kapal tersebut adalah bagian dari militan maritim China dan dioperasikan utamanya oleh reservis beroperasi di bawah perintah Coast Guard dan Tentara China.
Dalam pernyataan pada hari Minggu, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan: "kehadiran militan maritim China yang terus berlanjut di wilayah ini buktikan niat mereka untuk menjajah wilayah di Laut Filipina Barat.
"Mereka telah menduduki wilayah sengketa sebelum Karang Panatag atau Bajo de Masinloc dan di Karang Panganiban, tidak punya malu melanggar kedaulatan Filipina dan hak kedaulatan di bawah hukum internasional."
Lorenzana mencatat jika 44 kapal China masih ada di wilayah tersebut meskipun cuacanya sudah mendukung.
"Aku bukan orang bodoh. Cuaca sudah bagus sejauh ini, mereka tidak punya alasan untuk tetap di sana," ujarnya.
Merespon pernyataan tersebut, Kedubes China di Manila mengatkaan jika "sangatlah" normal untuk kapal nelayan mencari suaka dari amukan laut di perairan dekat karang.
Mereka menambahkan: "Tidak ada yang berhak membuat komentar ceroboh atas aktivitas tersebut."
China telah lama mengklaim kedaulatan di Laut China Selatan, mengatakan jika seluruh perairan bahkan yang berada di sekitar Filipina, Malaysia dan Taiwan adalah milik mereka.
Klaim Beijing berasal dari 9 garis putus-putus berbentuk U yang ada di peta tahun 1940-an buatan kartograf China.
Tahun 2016, pengadilan arbitrase internasional menolak klaim teritori China.
Meskipun begitu, Partai China telah terus-terusan membangun pulau buatan di perairan sengketa itu.
Bahkan pulau-pulau itu diberi pangkalan militer juga.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini