Find Us On Social Media :

Punya Hukum Syariah yang Ketat, Siapa Sangka Sultan Brunei Justru Pernah Dihadiahi Gundik oleh Adiknya Sendiri, Kesaksian Wanita Ini Ungkap Bagaimana 'Kedipan Mata Kolektif' Jadi Pelindungnya

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 2 April 2021 | 20:04 WIB

Jilian Lauren pernah menjadi gundik Pangeran Jefri Bolkiah dari Brunei

Saat saya tiba di Brunei, saya menemukan bahwa pangeran itu menyelenggarakan pesta mewah setiap malam, di sebuah istana di mana ada lukisan Picasso di kamar-kamar mandi dan karpet tenun yang diberi emas sungguhan.

Pada pesta-pesta itu ada minuman (beralkohol yang tidak legal di depan umum), tarian, karaoke yang cukup lucu, dan, yang paling penting, para perempuan cantik sekitar 30 hingga 40 orang dari seluruh dunia, yang menjadi semacam harem.

Pangeran itu gagah, pintar dan bahkan menawan pada saat itu.

Saya menghabiskan tahun berikutnya di sana dan menjadi pacarnya.

Untuk sementara waktu, itu menjadi sebuah petualangan yang glamor dan menarik.

Namun itu juga membuat kesepian dan demoralisasi, dan penuh dengan penghinaan tingkat rendah, termasuk diberikan kepada saudara sang pangeran sebagai hadiah.

Baca Juga: Pantas Saja China Ingin Kuasai Laut China Selatan, Potensi Ekonominya Bisa Untung Hampir 2 Kali Lipat PDB Indonesia, Ada Cadangan Minyak Bumi Juga!

Walau saya bukan seorang tahanan, saya tidak bebas untuk datang dan pergi sesuka saya.

Pada akhir masa saya di sana, saya merasa 10 tahun lebih tua dan masih tidak cukup bijak.

Saya butuh waktu lama untuk kembali bangkit, meski saya akhirnya menemukan jalan saya.

Perjuangan saya adalah perjuangan batin dan itu merupakan urusan saya.

Dalam konteks ini, semua itu membebaskan.

Rajam dipraktekkan atau disahkan oleh hukum di 15 negara dewasa ini.

Praktek itu secara tidak proporsional diterapkan sebagai hukuman bagi kaum perempuan, sering sebagai hukuman untuk perzinahan.

Kelompok hak asasi manusia, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, menganggap hukuman itu kejam, tidak biasa dan merupakan penyiksaan.

Baca Juga: 'Untuk Siapapun yang Masih Berkeliaran di Luar, Tolong Tinggal di Rumah', Pesan Menyentuh Seorang Ibu yang Bayinya Mesti Diisolasi karena Positif Covid-19

Menurut organisasi internasional Women Living Under Muslim Law, rajam "merupakan salah satu bentuk yang paling brutal dari kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan untuk mengontrol dan menghukum seksualitas mereka dan sejumlah kebebasan dasar."

Namun di Brunei adalah hak istimewa sang pangeran dan sultan untuk berperilaku buruk.

Petualangan tidak terpuji dan pemborosan mereka diizinkan dengan kedipan mata kolektif.

Bagi orang lain di Brunei, kaum Muslim dan non-Muslim, kebebasan mereka dibatasi, dan keterbatasan itu kini berpotensi ditegakkan dengan kekerasan brutal.

Kamu boleh melempar saya dengan batu atas kesalahan masa lalu saya yang banyak.

Tentu saja, batu merupakan suatu metaforis.

Baca Juga: Tentara Brunei Sampai Pingsan Dilatih Sertu Pardal Dari Kopassus, Hasilnya Ungguli Malaysia Saat Lomba Menembak!

Sebagai warga sebuah masyarakat bebas, adalah hak saya untuk berdosa, selama saya tidak melanggar hukum atau menganggu kebebasan orang lain.

Adalah hak prerogatif saya untuk tidur dengan semua pangeran manapun yang saya suka.

Saya hidup dengan pilihan saya.

Saat warga Brunei menghadapi erosi hak-hak mereka, saya membayangkan pria yang pernah saya kenal, bersembunyi di sebuah hotel mewah di suatu tempat, mungkin dengan remaja Amerika lain di pangkuannya, sambil membuat undang-undang yang mengatur moralitas.

(*)